Kenalkan saya Fahri Abdullah. Sebut saja, saya peneliti
tamu di sini, kawan baik Professor Charlotte. Saya menyelesaikan Ph.D saya di
bidang philology di Albert-Ludwigs-Universitat
Freiburq, Jerman. Bidang yang semestinya diajarkan Professor Charlotte
kepada kalian hari ini. “
Fahri membuka tasnya dan mengeluarkan dua buah buku.
"Profesor Charlotte mengatakan kepada saya, kalian
telah di beri tugas untuk membaca tuntas karya James Turner, yaitu Philology:
The Forgotten Origins of the Modern Humanities. Dan buku On Philology yang dieditori
oleh Profesor Charlotte sendiri. Benar?"
“Ya, benar.”
Fahri tersenyum. la memandangi para mahasiswa dari berbagai
negara itu. Ada yang jelas berwajah Cina, berwajah India, berwajah Arab, juga
berwajah Eropa.
"Ah, ini mungkin akan sedikit terasa seperti saat kita
ada di sekolah dasar, tapi saya harus menanyakannya, sebab ini amanat. Apakah di
antara kalian ada yang belum membaca dengan tuntas dua buku itu?"
"Ada. Saya. Maaf" Seorang perempuan cantik
berwajah oriental, bermata sipit angkat tangan.
"Siapa nama Anda?"
“Juu suh.”
"Juu suh?" Fahri mengulang jawaban perempuan
itu untuk meyakinkan ia tidak salah dengar.
“Aye,1 Juu suh."
Suasana jadi terasa sedikit tegang, meskipun Fahri menanyakan
sambil tersenyum.
"Ah, kenapa jadi ada interogasi, seperti anak kecil
saja?" gumam lelaki berkumis berwajah India. Fahri tersenyum mendengarnya.
"Kan saya sudah berterus terang akan sedikit terasa
saat kita ada di sekolah dasar," sahut Fahri.
"Jadi Juu Suh, saya diminta Professor Charlotte
untuk mengeIuarkan siapa saja yang ikut mata kuliah ini dan belum menuntaskan
membaca dua buku itu. Saya harus menjaga amanat. Juu Suh, silakan Anda keluar dari
ruangan ini."
"Tapi ... ?”
"Tidak ada tapi, dan tidak ada alasan apapun.
Maaf!" tegas Fahri.
Wajah Juu Suh memerah. la mengambil tasnya dan beranjak
melangkah keluar dan menutup pintu. Setelab Juu Suh keluar, Fahri beranjak
membuka pintu dan memanggil gadis bermata sipit itu. Gadis itu mendekat dengan
wajah bingung.
"Ada apa lagi?"
"Silakan masuk, kau boleh ikut kuliah ini jika kau
mau."
"Anda tidak sedang mempermainkan saya?"
"Sama sekali tidak. Saya tidak mungkin
mempertaruhkan kredibilitas saya dengan bersika naif."
Mahasiswi itu kembali masuk dan duduk di tempatnya
semula. Para mahasiswa saling memandang, agak sedikit heran.
(Bersambung)
1 Aksen Skotlandia sama dengan “yes”
0 komentar:
Posting Komentar