Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 49

"Di mana hadits itu kita letakkan ketika melihat sister kita ini menderita hingga meminta minta, lalu kita tidak peduli? Malah menghardik dan membentaknya. Masih heruntung dalam deritanya dia masih teguh memakai jilbab, artinya masih teguh memegang Islam. Masih beruntung dia minta-minta di halaman Masjid artinya minta kepada keluarganya sendiri? Bagaimana kalau dia minta-minta di pintu gerbang gereja, lalu masuk gereja dan menanggalkan jilbabnya? Itukah yang Anda inginkan?"

Lelaki yang tadinya naik pitam itu kini diam dan merenungi kata-kata yang baru saja diucapkan Fahri. Dia insaf, tindakannya tidak benar.

"Astaghfirullah. Saya salah. Maafkan saya."

"Lebih tepat kalau minta maaf kepada sister itu, bukan saya. Kata-kata Anda yang menghina dia, mungkin telah melukai hatinya."

Lelaki itu mengambil sepuluh Euro dan memberikan kepada perempuan bermuka agak buruk dan berjilbab hitam itu.

"Maafkan ketajaman lisan saya, sister, Maafkan."

Perempuan itu mengangguk dengan kedua mata berkaca-kaca menerima uang sepuluh Euro. Fahri mendekati perempuan itu dan memberikan lima puluh Euro. Perempuan itu memandangi Fahri dengan saksama.

"Itu sedekah atas nama istri saya. Doakan dia sehat dan selalu dilindungi Allah," kala Fahri.

"Thank you very much. Aamin," lirih perempuan itu dengan suara serak dan air mata meleleh di pipi. Tiba-tiba perempuan itu menutupi mulutnya dan lari menjauh.

Fahri agak kaget, demikian juga Paman Hulusi, Misbah dan Taher Khan.

"Ada apa dengan dia? Apa saya salah?" heran Fahri.

"Biarkan, dia mungkin terharu atas pembelaan Anda. Kata-kata Anda tadi juga menyadarkan saya akan kepedulian kita kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung nasibnya di Eropa ini. Rasanya itu harus jadi pembicaraan pengurus Masjid dan para tokoh Muslim di daratan ini," kata Tuan Taher Khan.

"Iya."

"Kalau begitu, Brother Fahri harus banyak terlibat. Apalagi ternyata Brother Fahri ini jebolan Al-Azhar. Tidak boleh menyembunyikan ilmu. Apa tidak malu dengan tokoh seperti Syaikh Izzuddin bin Abdissalam? Syaikh Mustafa Siba'i? $yaikh Mahmud Syaltut? Mereka semua orang-orang Al-Azhar yang mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk umat."

"Bagaimana Anda tahu, saya jebolan Al-Azhar?"

"Tidak susah untuk mengetahuinya. Ayo kita lanjutkan perbincangan kita dirumah saya sambil minum teh."

Mereka bergegas ke tempat parkir Tuan Taher memasuki sedan Peugeotnya. Ketika Paman Hulusi membuka pintu mobil SUV BMW putih dan hendak duduk di belakang kemudi, Fahri menahannya.

"Ada apa, Hoca?"

"Aku lihat Paman mengantuk dan sedang menahan kantuk. Biar saya yang pegang kemudi."

"Saya tidak apa-apa, Hoca, tidak masalah."


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 49

0 komentar:

Posting Komentar