Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 60

"Sinagognya di mana, nek?"

"Salisbury Road, Edinburgh Hebrew Congregation."

"Baik, nek. Nenek Catarina tenang saja. Kira-kira dua puluh menit akan sampai. Saya tahu Salibury Road."

"Kau tahu namaku?"

"Saya tetangga nenek, rumah kita bersebelahan, tentu saya tahu nama nenek."

"Dari mana kau tahu namaku?"

"Dari nama di dekat pintu rumah nenek."

"Kau benar, ada nama saya tertulis di sana. Tapi aku belum tahu namamu dan temanmu. Juga temanmu yang lebih tua itu?"

"Saya Fahri. Ini Misbah. Dan yang tua itu, Hulusi."

"Fa..."

"Fahri."

"Fah..ri."

"Ya. Ini Misbah dan satunya bernama Hulusi."

"Kalau sudah tua, hidup sendiri susah."

"Anak-anak nenek atau cucu-cucu nenek ke mana?"

"Anak yang pertama sudah pergi dari rumah tiga puluh tahun yang lalu dan tidak pernah kembali sejak itu. Mungkin masih di UK ini. Mungkin ikut teman lelakinya dari Hungaria. Atau entah di mana? Anak kedua lelaki, dia memilih tinggal di Tel Aviv sama istrinya. Anak kedua itu anak tiri, jadi seperti bukan anak. Jadi saya tidak punya siapa-siapa, hanya punya Tuhan saja. Seandainya aku tak merasa punya Tuhan, aku lebih milih mati minum pembersih toilet saja. Hidup ini terasa sepi sejak suamiku meninggal lima tahun lalu. Untung masih ada Tuhan."

Mobil itu melaju dan mulai memasuki pinggir Kota Edinburgh. Fahri langsung mengarahkan ke kawasan Newington. Fahri memilih tidak me1ewati downtown. Ia memilih jalur di selatan Holyrood Park.

"Berapa umur nenek?"

"Tujuh puluh tiga tahun. Saya lahir tahun seribu sembilan ratus tiga puluh tujuh. Saya lahir di Ulm, Jerman. Tempat yang sama di mana Einstein dilahirkan. Ayah saya seorang Rabi Yahudi. Saya pun menikah dengan seorang rabi. Sayang, saya tidak punya anak yang jadi rabi."

"Waktu perang dunia kedua, nenek juga di Jerman?"

"Nasib saya dan keluarga saya sungguh beruntung. Satu tahun sebelum meletus Perang Dunia Kedua, ayah saya bertugas di St Louis, Amerika. Saya dan ibu dibawa serta. Karena itulah kami selamat dari kekejaman Nazi. Semoga Elohim tidak mengizinkan ada kekejaman lagi di atas muka bumi ini seperti yang dilakukan Nazi."

"Tapi, nek, apa yang dilakukan Israel itu seperti... "

"Misbah, uskut ba'ah!"1

Fahri memotong kata-kata Misbah dengan bahasa Arab logat Mesir.

"Seperti apa?" Nenek Catarina penasaran.

"Kita sudah memasuki Salisbury Road, nek. Gedung depan itu ya, nek?" sahut Fahri.

Nenek Catarina langsung melihat ke arah depan.

"Ya, benar."

Di depan sebelah kanan jalan tampak gedung berbentuk kotak agak besar. Gedung itu tampak kokoh dengan dinding batu bata merah tua, berjendela kaca dalam bingkai alumunium yang dicat putih. Dari susunan jendela, gedung itu terdiri dua lantai. Gedung itu dikelilingi pagar besi hitam dengan tiang-tiang utamanya batu bata merah tua yang senada dengan dinding gedung.


(Bersambung)

_____________
1 Misbah, tolong diam!

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 60

0 komentar:

Posting Komentar