Misbah menghela nafas dan memandang lekat wajah Fahri.
Wajah itu tampak bersungguh-sungguh.
"Baik Mas. Nasehatku kepadamu, dan tentu sebelumnya
adalah kepada diriku sendiri, 'JANGAN MENlPU ALLAH!'
Air mata Fahri meleleh mendengar nasebat Misbah. Kedua
matanya terpejam.
"Jangan menipu Allah ...' lirih Fahri mengulang
perkataan Misbah, seolah menekan dirinya, menghardik dirinya, menghardik
jiwanya. "Jangan menipu Allah... Jangan menipu Allah!"
"Iya Mas, jangan menipu Allah ...!"
"Lanjutkan nasehatmu Bah ... !"
"Jangan menipu Allah! Begitu makna sebuah nasehat
Rasulullah saw. Seorang sahabat menanyakan bagaimana manusia bisa menipu Allah?
Rasulullah menjelaskan,
"Kau
mengerjakan amal yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya namu kau
menginginkan selain Allah. Takutlah dari riya'! Sesungguhnya riya' adalah
syirik kecil. Dan sesungguhnya orang yang riya' akan dipanggil di hari kiamat
di hadapan para makhluk dengan empat nama: "Hai orang yang riya'! Hai
orang yang mengkhianati janji! Hai orang yang larut dalam kemaksiatan! Hai
orang yang meruqi! Telah rusak amalmu dan hilang pahalamu. Tidak ada pahala
kamu di sisi Kami. Pergilah, lalu ambillah upahmu dari orang yang kau beramal
karena dia, hai penipu!"
Mendengar hadits yang dibacakan oleh Misbah, jiwa Fahri
ciut, air matanya meleleh. Tiba-tiba ia didera rasa cemas luar biasa. Rasa
takut luar biasa. Ia takut jika termasuk orang yang kelak di akhirat akan
dipanggil oleh Allah sebagai 'penipu'. Oh betapa menderitanya orang yang riya'.
Oh alangkah mudahnya orang tergelincir jadi 'penipu'. Namun Allah tidak bisa
ditipu.
"Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah saw. berkata,
Allah SWT berfirman, 'Siapa yang melakukan suatu amal dan ia menyekutukan bersama-Ku
dalam amal tersebut dengan yang selain-Ku, maka amal itu milik yang
disekutukan, sedang aku berlepas dari-Nya!'" Lanjut Misbah.
Air mata Fahri mengalir di pipinya.
"Allahumma
inna na'udzubika an nusyrika bika syaian na'lamuhu aw la na'lamuhu."1
Lirih Fahri berulang-ulang kali.
Misbah mengikuti doa yang yang dibaca Fahri dengan mata
juga berkaca-kaca.
Di pojok masjid, Paman Hulusi sudah selesai shalat. Fahri
bangkit diikuti Misbah. Mereka bertiga masuk ke dalam mobil lalu bergerak ke
arah kampus The University of Edinburgh. Kali ini Fahri tidak balik ke rumah,
ia langsung ke tempat kerjanya. Ia memang telah berpakaian rapi, laptop dan tas
kerjanya juga telah ia bawa di dalam mobil. Fahri turun di plataran George Square. Sementara Misbah ikut Paman
Hulusi kembali ke Stoneyhill Grove.
1 Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari
mcnyekutukan Engkau dengan sesuatu, baik kami tahu atau pun tidak tahu.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar