"Apakah yahudi-yahudi yang tadi mengucapkan kata
amalek itu juga kelompok ortodoks seperti Goldstein, mas?"
"Saya tidak tahu. Kita akan tahu kalau berinteraksi
dengan mereka, melihat sikap mereka secara nyata dan berdialog dengan mereka.
Tapi kita tetap harus adil dan obyektif bahwa tadak semua Yahudi seperti itu.
Juga tidak semua Yahudi menyetujui tindakan Zionis Israel, meskipun bisa saya
katakan sembilan puluh delapan persen orang Yahudi meyakini bahwa mendirikan
negara di Yerusalem yang mereka sebut Israel itu adalah perintah agama mereka.
Rabi yang moderat sekali pun meyakini itu. Meyakini bahwa mereka harus memiliki
negara di tanah suci Yerusalem, di mana dulu ada Sinagog Agung. Itu masuk dalam
ajaran ideologi mereka."
"Jadi bukan semata-mata politik?"
"Ya bukan semata-mata politik. Rabi Mach Schneier,
pemuka Yahudi yang moderat dari Park East Synagogue di New York pun dengan
tegas mengatakan bahwa 'Negara Israel merupakan intisari teologi Yahudi. Sejak
dulu, Negara Israel telah menjadi perhatian kami, obsesi besar kami, selama
lebih dari tiga ribu tahun. Namun, sayangnya, persoalan ini seolah-olah diperlakukan
sebagai satu-satunya buah dari gerakan politik zaman modern."
"Jadi, kalau ada pengamat mengatakan persoalan
Palestina-Israel hanya persoalan politik di Timur Tengah dan minta jangan
membawanya sebagai persoalan teologi atau agama, itu pembodohan, mas?"
"Benar, itu pembodohan. Pengamat itu bisa jadi bodoh
alias tidak tahu, sebab kurang bacaannya, atau dia telah tahu tapi karena motif
tertentu dia sengaja menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya. Sebab pemuka
Yahudi seperti Mach Schneier sendiri menolak dengan tegas jika masalah Negara
Israel dianggap hanya sebagai aspirasi politik umat Yahudi yang berusia sekian
puluh tahun. Dia tegas mengatakan Negara Israel itu intisari teologi Yahudi. Ia
memberikan penjelasan panjang lebar. Dan mengatakan bahwa Yahudi sejati
meyakini Tanah Israel merupakan konsep religius dengan makna yang sangat
besar."
"Pantas, ketika mereka diberi tempat lain mereka
menolak."
"Benar. Ketika Theodore Herzl membangkitkan gerakan
Zionis dan mengajukan proposal agar orang-orang Yahudi dianjurkan untuk tinggal
di Uganda. Seketika proposal itu ditolak dalam Kongres Zionis. Proposal Uganda
itu dianggap sebagai penghinaan terhadap keyakinan-keyakinan Yahudi. Semua
orang Yahudi selalu mengakhiri penjamuan seder Paskah dengan doa, "Tahun
depan di Yerusalem."
Misbah mengangguk-angguk dan bergumam,
"Wah, pesat sekali perkembangan ilmu muqaranatul adyan,1 Mas
Fahri."
"Selama di Jerman mengambil doktor saya punya
beberapa teman Yahudi. Untungnya mereka tidak ekstrem seperti Baruch Goldstein.
Mereka jenis yang agak moderat, yang enak diajak diskusi. Bahkan mereka tidak
sepakat dengan kebijakan-kebijakan politik pemerintah Israel. Mereka tetap
berpendapat, Negara Israel harus berdiri, namun warga Palestina harus diberi
hak merdeka dan bidup layak."
(Bersambung)
___________
1 Perbandingan agama
0 komentar:
Posting Komentar