Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 73

"Paman, tolong hampiri Nenek Catarina itu!" pinta Fahri.

"Baik, Hoca."

Paman Hulusi membawa mobil itu sedikit maju lalu putar balik menghampiri halte di mana Nenek Catarina duduk seorang diri. Fahri mengambil payung dan keluar dari mobil menghampiri Nenek Catarina.

"Nenek kenapa di sini? Mau pulang, atau nenek sedang menunggu bus mau pergi?" sapa Fahri halus.

Muka Nenek Catarina tampak pucat.

"Saya mau pulang. Menunggu hujan reda. Tadi tidak bawa payung."

"Kaki nenek kan tadi sakit. Apa sudah sembuh?"

"Masih sakit."

"Katanya tadi mau diantar sama dua anak muda itu?"

"Iya mau diantar, tapi mereka minta saya menunggu sampai pukul lima sore. Katanya mereka masih ada kerjaan di Sinagog. Saya tidak bisa. Masak saya harus menunggu selama itu."

"Kenapa tidak pakai taksi saja, nenek bisa langsung sampai depan rumah?"

"Saya sudah telepon taksi. Ongkosnya terlalu mahal. Saya naik bus saja meskipun kaki ini sakit sekali buat jalan."

"Kami antar pulang ke rumah ya, nek. Dari halte ini ke rumah jauh."

"Iya. Saya juga bingung harus bagaimana jika tidak kuat jalan sampai rumah. Saya minta kepada sopir bus agar membawa saya sampai depan rumah, dia tertawa. Dia jawab, ini bus bukan taksi."

"Mari, nek, naik ke mobil pelan-pelan."

Nenek Catarina berdiri dari duduknya. Fahri memapah Nenek Catarina. Misbah dan Paman Hulusi mau turun membantu dilarang oleh Fahri, sebab hujan masih turun meskipun tidak terlalu deras. Akhirnya Nenek Catarina masuk ke dalam mobil. Paman Hulusi mengarahkan mobil itu kembali ke Stoneyhill Grove. Fahri mengantar Nenek Catarina sampai membukakan pintu rumahnya dan mendudukkan Nenek Catarina di sofa ruang tamunya.

"Kau sungguh baik, nak. Kalau tak ada dirimu, mungkin aku masih di halte sampai hari telah gelap. Semoga kau diberkahi Elohim. Amin." Doa Nenek Catarina ketika Fahri minta pamit. Kedua mata Nenek Catarina berkaca-kaca.

"Amin," jawab Fahri lalu pergi masuk mobil.

"Kadang, melihat orang-orang renta di sini kasihan ya, mas?"

"Iya. Banyak yang kesepian. Itu fenomena hampir di semua negara yang dianggap maju, yang tidak ada sentuhan ajaran Islam. Kalau di tempat kita yang mayoritasnya Muslim, berbakti kepada orang tua sangat penting. Di Indonesia, di desa-desa, nenek-nenek dan kakek-kakek hidup tenteram bersama anak-anak dan cucu-cucunya yang penuh perhatian. Kalau sakit, satu kampung menjenguk semua karena masih saudara. Itu fenomena yang tidak kita temukan secara umum di Eropa, Amerika, Australia, Selandia Baru, Jepang, Taiwan dan Hong Kong."

"Benar, mas. Tetangga apartemen saya di Bangor, ada yang sudah pensiun meskipun belum tua banget. Ia tampak lebih sayang pada anjingnya dari pada anaknya."



(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 73

0 komentar:

Posting Komentar