Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 66

"Paman Hulusi, tolong jaga ucapanmu, paman! Tolong mengertilah! Aku paling mengerti Aisha. Aku paling mencintai Aisha setelah ibunya. Aku paman! Dan aku tidak bermesraan dengan nenek-nenek Yahudi. Jangan melihat Yahudinya, jangan kait-kaitkan nenek-nenek itu dengan nasib yang dialami Aisha. Nenek-nenek itu tidak ada hubungannya, tidak tahu apa-apa. Itu tetangga terdekat kita. Dia kesusahan. Kita wajib membantunya. Itu saja, paman. Kita diminta Rasulullah Saw. untuk memuliakan tetangga kita. Paman jangan memvonis diriku dengan begitu kejam! Aku sangat mencintai Aisha, paman," Fahri angkat bicara dengan air mata meleleh di pipi.

Heba mengambil tisu di meja dan mengulurkan kepada Fahri. Paman Hulusi diam menunduk.

Fahri menerima tisu itu dan mengusapkan ke wajahnya.

"Bagaimana Aisha bisa hilang di Israel? Ada urusan apa dia di sana? Apakah dari Mesir itu Aisha langsung masuk Israel? Bukankah dari Mesir dulu itu pamitnya umrah, terus pulang ke Indonesia? Terus, kenapa Mas Fahri tidak ikut? Apakah habis umrah pisah, Aisha ke Israel dan Mas Fahri ke Indonesia? Dan bagaimana Mas Fahri bisa di sini?" tanya Misbah penasaran.

Fabri masih diam. Heba berkata pelan,

"Ayah saya sebagai pakar physiotherapy pernah memberikan seminar di Tel Aviv. Mungkin saja ayah ada kenalan di sana yang bisa dimintai tolong melacak keberadaannya. Saya rasa, jangan menutup kemungkinan dia masih hidup dan bisa di temukan."

"Persis seperti yang Anda katakan Sister Heba, entah kenapa saya tetap memiliki harapan bahwa suatu ketika Aisha akan ditemukan. Saya hanya berharap saat dia ditemukan masih dalam keadaan baik dan sehat," ujar Fahri sambil menyeka linangan air matanya.

"Amin."

Fahri menarik nafas panjang. Ia menata dirinya.

"Baiklah, Bah, saya ceritakan. Tapi saya mohon ini tidak untuk diceritakan kepada siapa pun. Cukup kalian yang tahu."

"Insya Allah, mas."

"Setelah mengalami cobaan yang berat itu, kau masih ingat tentunya, cobaan yang nyaris membuat diriku mati di tiang gantungan di Mesir, alhamdulillah, dengan pertolongan Allah, pada bulan Januari 2003 aku selamat dan divonis bebas, tidak bersalah sama sekali. Cobaan berikutnya datang, namun tidak banyak yang tahu, sebab aku dan Aisha tidak mau membuat banyak orang ikut repot. Yaitu janin yang dikandung Aisha keguguran. Tapi alhamdulillah, Aisha bisa diselamatkan oleh pihak Rumah Sakit Ma'adi, atas izin Allah. Itu membuat Aisha trauma dengan Mesir. Jadi, ketika awal Maret 2003, Al-Azhar memulihkan statusku sebagai mahasiswa S2, Aisha sudah tidak mau tinggal di Mesir. Ia minta keluar dari Mesir. Sudah tujuh tahun lebih aku belajar di Mesir tanpa pulang sama sekali ke Tanah Air. Maka aku putuskan untuk pulang kampung ke Indonesia dengan terlebih dahulu melaksanakan ibadah umrah.



(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 66

0 komentar:

Posting Komentar