Dan setiap kali merampungkan Surat Maryam, lalu membaca
basmalah dan memulai Surat Thaha, pasti tangisnya pecah tak tertahan. Itu surat
yang menggetarkan seorang Umar bin Khattab yang masih jahiliyah sehingga
akhirnya masuk Islam. Itu juga surat yang dibaca Maryam menjelang ia wafat.
Innama ilahukumullahul
ladzi La ilaha illa huwa wasia' kulla syai in 'ilma.
(Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tiada Tuhan
selain Dia, pengetahuannya meIiputi segala sesuatu).
ltulah ayat yang bergetar di bibir Maria, beberapa saat
sebelum ia bersyahadat lalu meng-hembuskan nafas terakhir dengan senyum merekah
dli bibirnya.
Fahri lalu mengirim doa untuk Maria. Kemudian
tertsak-isak menginga t Aisha. Apakah Aisha telah menyusul Maria? Ia tidak tahu
harus seperti apa mendoakan Aisha. Ia terus berdoa kepada Allah agar Allah
terus mengasihi istrinya, dan terus menyelimutinya dengan selimut rahmat dan
taufih, baik ia masih hidup ataukah telah tiada. Fahri lalu melanjutkan
bacaannya dan menuntaskan hingga selesai juz tujuh belas.
Paman Hulusi naik ke ruang kerja Fahri, sambil membawa
nampan berisi segelas susu cokelat hangat dan dua keping roti bakar. Paman
Hulusi tampak lebih segar. Pakaiannya pun telah berganti. Paman Hulusi meletakkan
nampan itu di meja yang ada di depan sofa.
"Saya dengar tadi Hoca terisak menangis," lirih
Paman Hulusi sambil duduk di sofa di samping Fahri. Fahri diam saja tidak
menjawab. Ia meraih gelas itu dan menyeruput susu cokelat hangat yang
menyegarkan .
"Meskipun sambil membaca Al-Qur'an, saya yakin pasti
ada hubungannya dengan Aisha."
Fahri masih diam saja. Ia mengambil sekeping roti dan mulai
memakannya. Suasana hening tercipta sesaat. Roti di tangan kanannya itu habis,
Fahri kembali menyeruput susu cokelatnya.
"Terima kasih Paman Hulusi atas susu hangat dan roti
bakarnya. Terima kasih atas kesetiaan dan segala kebaikan Paman Hulusi.”
"Sayalah yang harus berterima kasih kepada Hoca.
Tanpa kebaikan Hoca, mungkin hidup saya masih seperti sampah yang tiada gunany
a."
"Segala yang baik hanya miIik Allah."
"Maaf Hoca, apakah Hoca tidak terpikir untuk menikah
lagi? Hoca masih muda."
Fahri menghela nafas dan diam.
Tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara indah nada biola digesek.
Nadanya indah, riang, ceria, dan gembira. Suara itu berasal dari rumah Keira.
Fahri mendengarkan dengan saksama nada itu. Itu nada lagu gembira Viva La Vida. Kegembiraan mendalam
hingga terasa meremas remas hati. Ada suasana kegembiraan menyusup, namun diiringi
kesedihan yang seperti menyayat relung hatinya. Air matanya meleleh.
(Bersambung)
1 QS.Thaaha : 98
0 komentar:
Posting Komentar