Profesor Charlotte adalah supervisor postdoc-nya. Meskipun ada sedikit perbedaan antara supervisor postdoc dan supervisor doctoral.
Supervisor doctoral dan master, hubungannya lebih pada atas dan bawah,
sementara supervisor postdoc
hubungannya lebih terasa setara. Profesor Charlotte sendiri tidak mau dipanggil
supervisomya, ia memilih dianggap sebagai teman diskusi.
Fahri mulai membaca teks-teks yang ia tahqiq. Sesaat ia
terhenyak oleh teks wasiat Habib Hasan Al Bahr.
"Menghadaplah kepada Allah dengan hati luluh.
Hindarkan dirimu dari sikap ujub dan angkuh. Pergaulilah manusia yang jahat
dengan baik, karena pada hakikatnya kamu sedang bermuamalah dengan Allah yang
Maha besar. Ulurkan tanganmu kepada orang-orang fakir dengan sesua tu yang
dikaruniakan Allah kepadamu. Lalu bayangkanlah, babwa Allah-lah yang pertama
kali menerima pemberianmu itu, sebagaimana dituturkan dalam berbagai ayat
AI-Qur'an dan Hadits Nabi. Kelak hatimu akan merasa sangat senang dan bahagia
dengan Allah."
"Allah, beri hamba taufik untuk bisa mengamalkan
wasiat yang baik ini," doa Fahri dalam hati.
Fahri kembali membaca teks demi teks. Jika ada hadits ia
mencoba meneliti ulang takhrij haditsnya. Jika ada kalimat yang musykil, ia
mencoba mengurai kemusykilan itu dari beberapa sudut pandang dengan rujukan
yang ilmiah sesuai disiplin ilmu philology yang ia kuasai.
Pintu office-nya diketuk. Ia bangkit membukanya. Seorang
perempuan muda berambut pi rang sebahu berdiri di depan pintu membawa paket.
"Oh, Miss Rachel."
"Hai, sorry Doktor Fahri, Anda mendapat kiriman tiga
paket hari ini. Ini."
Fahri menerima tiga paket itu. "Ada yang harus saya
tandatangani Miss Rachel?"
"Semestinya iya, tapi sudah saya wakili
menandatanganinya tadi."
"Terima kasih Miss Rachel."
"Terrma kasih kembali."
Perempuan itu kembali ke ruang kerjanya sebagai staf
administrasi. Fahri menutup pintu office-nya dan membuka satu per satu paket
itu. Semuanya buku. Yang satu buku yang ia pesan dari Amazon. Satu dari
Profesor Turgut Dikinciler dari Jerman. Dan yang terakhir sebuah jurnal yang
dikirim oleh Profesor Omar Sandler dari SOAS London. Jurnal itu yang membuatnya
sangat penasaran. Ia lihat dengan saksama. Ia tersenyum dan bersyukur kepada
Allah dari lubuk hati paling dalam, satu artikel ilmiahnya bersama Profesor
Charlotte dimuat dalam jumal bergengsi itu.
"Ditunggu artikel ilmiah berikutnya yang sangat
berbobot," tulis Profesor Sandler dalam surat pengantar yang menyertai
paket itu.
Di luar, langit Edinburgh menurunkan gerimis. Orang-orang
di jalanan mempercepat langkahnya. Sebagian sudah membuka payungnya. Pohon-pohon
Mapel yang berbaris di taman The Meadows di selatan kampus bergoyang-goyang
tertiup angin disertai gerimis. Mereka seperti mengungkapkan kegirangannya.
Sebab gerimis-gerimis itu bagian dari penanda berakhimya musim dingin.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar