“Hoca, pasti teringat Aisha Hanem. Dulu di rurnah villa di Freiburg, saya sering mendengar nada
seperti itu," Iirih Paman Hulusi.
Fahri mengisyaratkan agar Paman Hulusi pergi dan turun.
Lelaki tua yang berasal dari Adana Turki itu pergi meninggalkan Fahri. Sejurus
kemudian Fahri terisak-isak.
"Oh Aisha, belahan jiwaku! Ya Allah, aku mohon
pertolongan-Mu. Jangan kau binasakan dunia dan akhiratku karena merana
mengenang Aisha. Ya Allah ya Rabbi, ya Rahman ya Rahim, rahmat-Mu ya
Allah!"
Malam itu, salju tipis turun di Freiburg. Fahri sedang
tenggelam membaca Tafsir Ruhul Ma'ani untuk membandingkannya dengan manuskrip
yang sedang ia teliti untuk disertasi doktornya. Sayup-sayup Fahri mendengar nada
biola digesek. Semakin lama semakin jelas. Semakin dekat. Ketika ia melihat ke
pintu ruang kerjanya, tampak Aisha mengenakan gaun malam yang anggun. la
menggesek biola dengan piawainya. Nada gembira ia mainkan. Aisha mengerlingkan
mata kanannya menggoda.
Fahri menutup kitab tafsirnya. Ia bangkit dan mendekati
Aisha. Aisha mundur Fahri mendekat dan Aisha berjalan pelan sambil terus
menggesek biolanya. Aisha menuju kamar tidurnya lalu duduk di bibir ranjang sambil
tetap menggesek biola. Tiba-tiba nadanya berubah menjadi romantis. Fahri duduk
di sampingnya. Aisha begitu wangi parfumnya, membuat Fahri mabuk. Sementara
Aisha terus menyelesaikan lagunya. Fahri telah memel uk istrinya penuh cinta.
Aisha menyudabi nadanya, ketika Fahri sampai pada puncak
mabuknya. Seperti biasa, sama seperti saat malam pertama di Kairo, Aisha
membacakan puisinya,
agar dapat
melukiskan hasratku, kekasih,
taruh bibirmu
seperti bintang di langit kata-katamu,
ciuman dalam malam
yang hidup,
dan deras lenganmu
memeluk daku
seperti suatu nyala
bertanda kemenangan
mimpiku pun berada
dalam benderang dan abadi 1
Aisha luar biasa romantisnya. "Ya Allah, bagaimana
mungkin aku bisa melupakannya. Ampuni hamba-Mu kalau sampai cintaku padanya
menutupi cintaku kepada-Mu ya Allah!" lirih Fahri begitu tersadar dari sepotong
kenangan mesranya dengan Aisha.
Dan nada biola itu, nada biola yang dimainkan Keira itu,
adalah nada Viva La Vida yang hangat,
mirip yang dimainkan Aisha pada Malam ketika salju turun di Freiburg. Hanya
saja, Fahri tidak bisa lagi membalas puisi Itu dengan puisi yang selalu membuat
pipi Aisha merona merah.
alangkah manis bidadariku ini
bukan main elok pesonanya
matanya berbinar-binar
alangkah indahnya bibirnya,
mawar merekah di taman surga
(Bersambung)
1 Dipetik dati puisi berjudul Kekasih karya
Paul Eluard, Penyair Prancis abad ke-19 paling terkemuka dari golongan
surealis.
0 komentar:
Posting Komentar