Fahri telah selesai ngeprint.
Paman Hulusi mengajaknya makan pagi. Fahri sarapan ala Italia yang simpel,
yaitu roti croissants yang ia makan dengan olesan madu, satu gulung Spinach Omelet Brunch, dan secangkir caffe e latte. Fahri begitu menikmati Spinach Omelet Brunch Roll buatan Paman
Hulusi. Ia memang spesialis membuat telur dadar dicampur bayam cara Italia.
Meskipun cita rasanya telah disesuaikan dengan lidah Turki. Justru karena itu
Fahri menyukainya. Dulu saat di Freiburg, Aisha juga sangat menyukai Spinach Omelet Brunch Roll buatan Paman
Hulusi itu.
Pukul delapan lebih, Fahri dan Paman Hulusi keluar dari
rumah melangkah ke garasi. Keira masih di beranda rumahnya. Duduk dan diam
memeluk kakinya sendiri. Sebelum masuk ke dalam mobil, Fahri berusaha menyapa
gadis itu.
"Hai!”
Keira mengangkat mukanya melihat Fahri dan tidak mengucapkan
sepatah kata pun. Sekilas Fahri melihat muka Keira yang cantik, namun pucat
karena baru saja selesai menangis. Keira tidak menjawab.
“Are you OK?"
Keramahan Fahri itu tampaknya tidak menyenangkan Keira,
Gadis itu mendengus lalu masuk rumahnya tanpa menjawab pertanyaan Fahri. Keira
menutup pintu rumahnya dengan sedikit keras, Fahri masuk ke dalam mobilnya
sambil menyabarkan dirinya. Paman Hulusi menyalakan mesin mobil itu dan siap
berangkat ke tengah Kota Edinburgh seperti biasa.
Pada saat itu, Brenda yang tadi malam teler dan tidur di
beranda rumahnya bangun. Ia kaget tidur di tempat itu dan berselimut. Ia
melihat hari telah benar-benar terang. Brenda langsung cepat bangkit, sebab ia
harus berangkat kerja. Brenda menggagapi saku jaketnya. Ia menemukan ponselnya.
Ia meIihat jam. Brenda kaget. Melihat mobil Fahri siap berangkat Brenda nekad
menghadang. Paman Hulusi menghentikan mobilnya. Fahri menurunkan kaca pintu
depan. Brenda mendekat.
"Maaf, darurat, apa kalian mau ke tengah Kota
Edinburgh?"
Fahri mengangguk.
"Boleh saya numpang. Jika mengejar bis saya akan
sangat terlambat sampai di kantor saya."
Fahri mencium bau minuman keras dari mulut Brenda.
"Boleh."
Brenda ingin langsung naik ke dalam mobil.
"Jangan, silakan Anda cuci muka dan ganti baju. Kami
menunggu. Lima menit!"
Wajab Brenda sedikit berbinar.
“Baik.”
"Oh ya, jangan lupa sikat gigi. Saya tidak tahan bau
minuman keras, maaf.”
"Baik.”
Perempuan itu langsung meIangkah cepat ke rumahnya untuk
menjalankan saran Fahri itu. Lima menit kemudian Brenda sudah keluar dengan
muka yang lebih cerah, bau minuman keras yang sudah hilang serta pakaiannya
lebih rapi dan elegan.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar