“Hello, Doktor Fahri.”
Profesor Stevens menjabat tangan Fahri hangat.
“Hello, Professor
Stevens."
"Thank you so
much for coming to my office. "
"You’re
welcome."
Profesor Stevens mempersilakan Fahri duduk di sofa yang
ada di sudut ruang kerja itu. Perbincangan itu Fahri rasakan terlalu formal.
Mungkin Profesor Stevens merasa masih belum terIalu akrab dengan Fahri sehingga
memakai bahasa formal. Fahri menginginkan yang lebih cair.
“You alright pal,
Profesor?" 1 tanya
Fahri santai basa-basi dengan susunan Inggris cara Skotlandia. Professor
Stevens sedikit terkejut, namun melihat Fahri tersenyum ia jadi tersenyum.
"Yea, I"m
OK. How about you?"
“I’m no bad”
Lagi-Iagi Fahri menjawab dengan eksen Skotlandia tapi
dibuat lucu. Profesor Stevens menunjukkan tangannya ke Fahri dan tertawa.
“I like you, Doktor
Fahri," kata Profesor Stevens sambil terkekeh.
“Sorry Prof, I’m
not a gay! It's a big sin!" 2 Jawab Fahri melucu. Profesor
Stevens semakin terkekeh.
“Hahaha... Damn
you! You are so fucking smart!" 3 jawab Profesor Stevens sambil
tertawa. Suasana telah menjadi cair.
"Jadi apa yang akan kita perbincangkan, Prof?"
tanya Fahri setelah Profesor Stevens reda tertawanya.
"Ada dua hal penting yang ingin saya sampaikan
kepada Doktor Fahri."
“Apa Itu?"
“Pertama, seperti yang Anda ketahui, saya baru saja diminta
menjadi direktur CASAW, The
Centre for the
Advanced Study of the Arab World. Saya ingin menambah dua orang peneliti.
Saya berharap Anda salah satunya. Saya sangat percaya kualitas Anda. Apakah
Anda berkenan?"
"Dengan senang hati. Semoga saya tidak mengecewakan
Profesor.”
"Saya senang mendengarnya. Yang kedua, ada mahasiswa
Cina namanya Ju Se Zhang. Dia mengambil master studi Arab, sudah mengajukan
proposal tesis mengkaji gaya bahasa kitab Siraj
At-Thalibin karya Ihsan Jampes. Professor Charlotte meminta saya sebagai
pembimbing mahasiswa ini, tapi saya melihat Anda lebih tepat, apalagi lhsan
Jampes adalah ulama dari Indonesia. Bagaimana?"
"Tapi saya kan bukan pengajar resmi di sini?"
“Tentang masalah itu nanti saya yang urus. Yang penting
Anda sendiri bagaimana?"
"Proposal mahasiswa itu ada?"
"Ada.”
Profesor Stevens bangkit dari duduknya dan melihat meja
kerjanya. Ia seperti tidak mendapati apa yang dicarinya. Ia melihat di tumpukan
kertas juga tidak melihatnya. Sementara Fahri mengamati dengan saksama ruangan
pakar kajian Arab dan Persia ini. Ruangan itu penuh nuansa Arab dan Persia.
Beberapa kaligrafi dalam bahasa Arab dan Persia tergantung. Ada juga foto yang
menunjukkan pemilik ruangan itu pernah ke Kairo, Damaskus, Baghdad, dan
Teheran. Ada kaligrafi indah berbentuk khat tsuIusi berbunyi "Rabbi zidni ilma".
(Bersambung)
1 Apakah kau baik-baik saja?
2 Maaf Prof, saya bukan seorang gay.ltu dosa besar!
3 Hahah ... sialan kamu! Kamu sangat cerdas!
0 komentar:
Posting Komentar