Fahri Ialu memberikan ta’liq,
ia mengurai kata himmah, taufik, shidiq dan ikhlas secara panjang lebar dan
detail. Fahri begitu menikmati risetnya itu. MengeIuarkan mutiara terpendam
para ulama berupa manuskrip ke dalam karya yang akan diterbitkan dan dibaca
serta dimanfaatkan oleh ribuan bahkan jutaan umat manusia adalah sebuah kebahagiaan.
Jam setengah dua dini hari. Kedua mata Fahri sudah terasa
berat. Secangkir kopi itu telah lama habis. Masih tersisa tiga halaman. Ia
nyaris menyerah. Tapi kembali teringat cambuk wasiat Habib Hasan Al Bahr, "Kendarailah kuda himmah, niscaya kamu
akan mencapai puncak cita-citamu.!"
"Tidak boleh menyerah, harus dituntaskan malam
ini!" Gumamnya sambil bangkit dari duduknya menuju kamar mandi untuk
mengambil air wudhu. Terasa lebih segar. Ia lalu kembali ke laptopnya untuk
menyelesaikan karya ilmiahnya .
Jam dua kurang lima menit, ia mengucapkan hamdalah. SeIesai
sudah editing itu. la memastikan file-nya telah tersimpan dengan baik, lalu mematikan
laptopnya. Ia lalu shalat dua rakaat dan shalat witir sebelum bersiap tidur.
Ketika ia salam dari shalat witirnya, ia mendengar deru mobll di halaman. Lalu
suara pintu mobil dibanting agak keras. Sejurus kemudian terdengar suara
Iaki-Iaki mengumpat-umpat dengan aksen Skotlandia yang terdengar seperti orang
berkumur-kumur.
Fahri bangkit menyibak gondel jendela, ingin tahu apa
yang terjadi. Tenyata lelaki gendut sopir taksi tampak membangunkan
penumpangnya yang teler di jok belakang. Lelaki gendut itu marah-marah, sebab
penumpangnya tidak juga bangun. Mungkin mabuk berat, Fahri jadi penasaran siapa
penumpangnya itu. Sopir taksi itu lalu menyeret paksa dan mengeluarkan penumpangnya
dengan susah payah dari taksinya.
lnnalillah, itu
adalah Brenda.
Perempuan muda yang tinggal di rumah hook itu. Brenda
masih mengenakan celana kerjanya, tapi pakaian bagian atas awut-awutan. Sopir
taksi menggeletakkan begitu saja Brenda di halaman rumahnya. Sopir taksi itu
kembali memeriksa jok belakangnya, dan memegang dompet biru muda. Itu pasti
dompet Brenda. Sopir taksi itu mengumpat ketika ia hanya menemukan selembar
uang senilai 5 pounds. Ia mengambil uang itu dan membanting dompet itu ke
tanah. Sopir itu menggeragapi saku celana Brenda dan tidak mendapati apa-apa.
Ia lalu menendang ban belakang taksi Black
Cab-nya, karena jengkel tidak menemukan apa-apa. Sopir gendut itu mengumpat
sambil melihat tubuh Brenda yang terkulai lemah di atas tanah. Tiba-tiba sopir
itu jongkok dan meraih tangan kiri Brenda. Sopir itu melepas cincin emas di
jari manis Brenda lalu masuk ke dalam taksinya. Sopir itu menyalakan taksinya
dan pergi. Fahri mengamati dengan saksama nomor taksi itu.
Fahri mengamati Brenda yang terkulai di halaman rumahnya
yang basah. Menurutnya, kondisinya sangat mengenaskan. Mungkin ia baru berpesta
dengan teman-temannya dan banyak menenggak minuman keras hingga teler seperti
itu. Tiba-tiba Fahri menangkap titik gerimis satu dua turun. Fahri langsung
bergerak turun membangunkan Paman HuJusi.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar