Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 104

Fahri agak kaget. Ia nyaris berhenti mengunyah cacahan udang di mulutnya. Heba melihat kekagetan Fahri itu.

"Sekali lagi maaf jika tidak berkenan."

"Tidak apa. Baiklah saya jawab. Sementara ini, saya jawab ya. Sementara ini saya belum terpikirkan untuk mencari pengganti Aisha. Seandainya Aisha memang sudah wafat, kemungkinan besar saya tidak akan menikah lagi. Ada banyak hal yang bisa dilakukan selain memikirkan pengganti Aisha."

"Bukankah hidup membujang itu kata ulama tidak baik?"

"Saya Alhamdulillah tidak membujang. Saya memiliki istri, hanya saja nasibnya sampai sekarang tidak ketahuan. Sudahlah, mohon tidak membahas itu lagi. Silakan bertanya apa saja tapi mohon tidak bertanya hal terkait itu. Saya akan sangat menghargainya. "

"Maaf jika tidak berkenan."

•••

Senja itu begitu mempesona.

Mendung yang kemerahan menghiasi langit Edinburgh. Lampu-lampu kota mulai menyala. Gedung-gedung tua semakin cantik disorot cahaya. Malam perlahan datang, namun tidak seolah tidak bisa menutupi indahnya kota itu. Namun segala keindahan itu tidak seindah hati Jason yang sedang sumpek.

Jason duduk termenung di depan The Queen's Gallery kawasan Istana Holyroodhouse. Orang-orang masih ramai menikmati jalur The Royal Mile yang terkenal itu. Jason memandang ke arah Arbeyhill dengan tatapan kosong. Beberapa mobil melintas di bundaran yang ada tak jauh dari Jason duduk. Serombongan turis baru saja keluar dati gedung tempat penjualan souvenir khas Skotlandia yang ada di seberang bundaran.

Jason merasa letih, dan sumpek. Ia baru saja sedikit bebagia dan lega ada orang yang terang-terangan mengajak dirinya menjadi sahabatnya. Ia merasa bahagia. Tetangganya yang selama ini ia benci ternyata pemilik minimarket dan restaurant. Orang kaya. Dan baik. Semua kesalahannya yang berulang kali mencuri cokelat di minimarket itu dimaafkan. Bahkan ia diminta jadi sahabat. Sementara temannya di sekolah seolah mengucilkan dirinya. Guru-gurunya seperti memandang rendah dirinya setelah ia berkali-kali membuat ulah. Ia membuat ulah sesungguhnya menginginkan ada orang yang memperhatikan dirinya. Tapi tidak ada. Bahkan mamanya.

Satu-satunya orang yang selama ini bisa ia jadikan tempat mencurahkan isi hatinya adalah kakaknya yaitu Keira. Meskipun Keira juga menghadapi masalah yang ia rasa lebih rumit darinya. Tapi kepada Keira-lah ia biasa bicara. Dan kini Keira telah diusir mamanya. Keira pergi entah ke mana? Ia telah menelpon James, tapi James tidak tahu. Ia mencoba mencari Keira di tengah kota Edinburgh, ke tempat-tempat biasa Keira berada jika ingin menyegarkan pikiran, tapi juga tidak ada. Biasanya Keira suka duduk di kursi yang ada di dalam Princes Street Gardens tak jauh dari Scott Monument, namun tidak ia temukan disana. Ia lalu berjalan kaki menyusuri jalur The Royal Mile, tapi tidak juga ia temukan Keira.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 104

0 komentar:

Posting Komentar