Tubuhnya lelah. Namun rasa lega dan bahagia setelah
menyelesaikan sebuah aktivitas positif membuatnya seperti kecanduan ingin
melakukan aktivitas positif lainnya. Ia jadi teringat ajaran Pak Kyai di
pesantren dulu. Kenapa kalau khataman Al Qur'an begitu selesai membaca surat
Annas langsung membaca Al Fatihah dan awal surat Al Baqarah? Itu karena begitu
khatam, langsung memulai aktivitas membaca Al Qur'an lagi. Tidak menunda-nunda.
Selesai amal shaleh langsung disusul amal shaleh berikutnya.
Kopi yang dibuatkan Paman Hulusi sepuluh menit yang lalu
masih mengepul. Ia menyeruputnya dengan penuh kenikmatan.
"Alhamdulillahi
bi ni'matihi tatimmush shalihat."1 Gumamnya.
Masih ada waktu satu jam, sebelum ia istirahat untuk
tidur. Ia memandang ke luar dari jendela tempat kerjanya. Sepi. Aspal basah.
Rumah nenek catarina sudah gelap. Kaca-kaca jendelanya gelap, Hanya lampu
beranda yang menyala, Nenek itu telah tidur. Rumah Brenda masih gelap gulita.
Bahkan lampu berandanya juga tidak menyala. Mungkin dia belum pulang dari
kerja, atau tidak pulang kerja.
Fahri kembali menyeruput kopinya. Ia teringat buku yang
ia pinjam dari perpustakaan The University of Edinburgh tadi siang. Ia beranjak
mengambil buku itu dari tas kerjanya. Principles of Strategic Manaqement
ditulis oleh Tony Morden. Buku hard cover berwarna hijau dan biru setebal enam
ratus empat puluh halaman itu mulai ia nikmati. Ia merasa perlu lebih mendalami
manajemen strategi unluk mengembangkan usahanya. Ia harus mampu mengimbangi
Ozan dan keluruga besar Aisha lainnya yang telah sangat matang dalam dunia
usaha. Tahun depan ia harus membuka satu usaha baru yang prospektif di
Indonesia.
Buku itu seumpama makanan yang sangat lezat dan
menggairahkan baginya. Tak terasa sudah pukul dua belas dan ia masih asyik
membaca buku tebal itu. Ia tersadar ketika mendengar bunyi mobil. Ia melihat
jam tangannya. Sudah setengah satu dini hari. Dari jendela ia melihat taksi Black Cab berhenti di halaman rumah
Brenda. Sopir gemuk keluar dari taksi. Fahri masih ingat itu adalah sopir yang
mengantar Brenda beberapa waktu yang lalu itu. Brenda juga keluar dari taksi.
Pria gemuk itu mendekati Brenda. Keduanya langsung berciuman. Fahri memejamkan
mata sambil membaca istighfar. Ia tahu persis Brenda dan sopir itu bukan
siapa-siapanya. Untung itu di Edinburgh, kalau seperti itu terjadi di
kampungnya bisa dihajar warga mereka berdua. Adat dan budaya serta norma sangat
berbeda antara orang Skotlandia dan orang Indonesia.
Fahri menutup buku itu dan meletakkan di meja. Sudah
saatnya istirahat, ia berwudhu lalu shalat witir. Selesai shalat witir ia
mendengar suara taksi itu meninggalkan Stoneyhill Grove. Fahri memasang jam
bekernya lalu rebah. Bayangan Aisha dan suaranya membacakan puisi spesial itu
berdenyar dalam pikirannya. Ia melawannya dengan konsentrasi membaca istighfar
berulang-ulang sampai tertidur;
•••
"Hoca lihat!" Fahri membaca tulisan dikaca
depan mobilnya.
"MUSLIM = TERORIST! GO HELL!"
Fahri istighfar dalam hati.
1 Segala puji milik Allah, dengan nikmat-Nya
kebaikan-kebaikan itu terkerjakan dengan sempurna.
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar