Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 109

"Jadi ada apa Nek? Apa yang bisa saya bantu?"

"A.. aku sangat sedih sekali."

"Kenapa?"

"Aku diusir oleh Baruch dari rumah ini. Aku diminta harus segera meninggalkan rumah ini. Rumah ini mau dia jual. Jika aku tidak meninggalkan rumah ini aku akan diusir paksa."

"Siapa Baruch Itu?"

"Anak tiriku."

Nenek Catarina kembali menangis. Fahri menenangkan. Sambil terisak-isak Nenek Catarina bercerita ketika ia menikah yang kedua dengan suaminya yaitu almarhum Mark Bowman. Suaminya itu sudah punya anak satu bemama Baruch. Sedangkan ia sendiri punya anak Tohorot. Ia membesarkan Baruch seperti anak kandungnya sendiri, tidak ia bedakan dengan Tohorot. Baruch tumbuh besar dan kuliah di Bristol. Di sana ia bertemu dengan Zehava, gadis dari Tel Aviv. Baruch lalu mengikuti Zehava kembali ke negaranya dan menikah di sana. Menjadi warga negara Israel, bahkan masuk militer Israel. Sejak itu hubungannya dengan Baruch seperti terputus. Dan ia tidak menduga sama sekali ternyata suaminya Mark Bowman diam-diam telah membuat wasiat bahwa rumah ini telah ia berikan kepada Baruch. Surat wasiat itu dikirim ke Tel Aviv. Ia baru tahu ketika Baruch datang dan memintanya segera meninggalkan rumah itu sebab rumah itu akan ia jual.

"Nenek tidak usah khawatir. Baruch kan anak tiri Nenek, pasti dia bisa diajak berbicara. Nenek adalah ibunya."

Nenek Catarina terisak dan menangis.

"Itu yang aku harapkan. Aku berharap ia memanggil aku sebagai ibunya dan memperlakukan aku sebagai ibunya. Tetapi kenyataannya sungguh menyakitkan. Kemarin ia berkata, 'Kau istri ayahku, tapi bukan ibuku!'"

"Apakah nenek punya nomor dia yang bisa aku hubungi. Biar aku bicara padanya?"

"Aku lupa minta nomor kontaknya."

"Apakah ia akan datang lagi?"

"Pasti, ia akan datang untuk mengusirku!"

"Nenek tenang saja, selama saya masih tinggal di sini, tidak akan saya biarkan ada orang yang mengusir nenek dari rumah nenek. Nenek tenang saja. Nenek bahagiakan diri nenek. Kalau nenek merasa kesepian tidak punya siapa-siapa, anggap saja saya ini teman nenek, tetangga nenek, atau kalau mau keluarga nenek."

"Kau baik sekali Fahri, terima kasih." Ucap nenek Catarina dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca.

"Kalau dia datang lagi, nenek telpon saya ya. Saya akan urus masalah ini. Nenek tenang saja. Nikmati masa tua nenek dengan hidup tenang dan bahagia. Ini kartu nama saya." Fahri memberikan kartu namanya yang tertuliskan sebagai pemilik mini market dan restauran Agnina. Nenek Catarina menerima kartu nama itu dan menciuminya dengan terisak-isak.

"Saya harus pergi Nek." Fahri beranjak pergi dan melihat jam tangannya. Waktu untuk sampai ke stasiun Waverly sangat mepet. Fahri berjalan cepat menuju mobilnya. Paman Hulusi dan Misbah sudah menunggu di sana. Wajah Misbah sedikit tegang.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 109

0 komentar:

Posting Komentar