Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 106

Ia tidak tahu harus membela siapa. Membela Keira atau membela mamanya. Mamanya, menurutnya ada benarnya meminta Keira mencari uang dengan kemampuannya bermain biola saat ini. Keira lulusan terbaik St. Mary's Music School, sekolah musik tingkat high school terbaik di Edinburgh. Mamanya memintanya mencari uang semampunya. Kalau perlu mengamen di jalur The Royal Mile. Tapi Keira tidak mau. Alasannya ia tidak mau jadi pemain biola kacangan seperti itu. Ia ingin seperti Julia Fischer atau Olga Kivaeva yang bermain biola di konser-konser bermartabat.

Kenyataan bahwa hidup mereka pas-pasan maka Keira menurutnya harus mengikuti saran mamanya. Tetapi Keira tidak mau, ia bahkan menuntut mamanya bisa menyekolahkan dirinya ke London. Tentu saja mamanya menolak. Mamanya mempersilakan Keira berusaha bagaimana caranya bisa sekolah ke London. Mencari beasiswa atau bagaimana terserah. Tapi Keira yang kecewa hanya diam di rumah.

Namun kejadian pagi itu menurutnya Keira tidak sepenuhnya salah. Wajar bagi Keira marah besar dan mengamuk karena dua barang paling berharganya yaitu dua biola. Biola lama dan biola yang baru dibeli dijual oleh mamanya. Yang kata mamanya untuk membayar cicilan rumah. Buat apa ada biola kalau tidak digunakan cari uang. Lebih baik dijual saja bisa dapat uang. Dan dua biola itu pun dijual. Keira tahu dan marah besar, Keira ngamuk. Mamanya lalu marah besar melihat Keira merusak rumah. Keira dlusir.

Jason masih duduk di depan The Queen's Gallery. Angin bertiup agak kencang membelai rambut jagungnya. Jason mengusap mukanya dan kembali berpikir.

Jika Tuan Brad, ayah Keira masih bidup, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Mungkin Tuan Brad akan kembali bersatu dengan ibunya dan mereka punya keluarga yang utuh. Meskipun Tuan Brad bukan ayah kandungnya, tapi ia baik dan memperlakukan dirinya seperti memperlakukan Keira. Ia masih ingat setiap kali Keira dan dirinya berjumpa Tuan Brad, Keira diberi uang, ia pun juga diberi uang.

Dan orang baik itu telah tiada.

Tuan Brad harus mati dengan cara yang tragis, yaitu jadi korban bom yang diledakkan di kereta bawah tanah di London. Dan pelaku peledakkan bom itu katanya adalah orang islam. Kebenciannya kepada orang Islam kembali berkelebat. Tapi kejadian siang tadi, juga ketulusan senyum tetangganya yang bernama Fahri telah membuat cara pandangnya kepada orang-orang Islam berbeda.

Orang baik kembali muncul di hadapannya.

Kini, paling tidak ia berpikiran tidak semua orang Islam seperti pengebom yang jahat itu. Buktinya tetangganya yang muslim itu baik. Ia mengingat-ingat selama ini kepada tetangganya itu ia bersikap memusuhi dan menghina, tapi selama ini ia belum pernah melihat reaksi tetangganya yang marah kepadanya atau membalas hinaannya. Dan kejadian tadi siang adalah pembuka bagi matanya yang selama ini seperti tertutup oleh kebencian bahwa tetangganya tidak seperti yang ia sangka.


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 106

0 komentar:

Posting Komentar