Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 111

Paman Hulusi mengangguk. Keduanya berjalan agak cepat meninggalkan stasiun Waverly. Fahri berjalan sedikit lebih cepat dari Paman Hulusi. Pria setengah baya dari Turki itu berjalan sedikit pincang. Namun pincangnya itu sama sekali tidak mengganggu langkahnya. Dengan sigap ia mengikuti langkah majikannya. Fahri menyeberangi Princes Street dan terus ke utara menyusuri trotoar St. Andrew Street. Sebuah trem melaju pelan melewati Fahri. Sepuluh menit kemudian Fahri melewati St. Andrew Square. Sebuah tugu kehitaman berdiri di tengah square. Rerumputan yang mulai merangas menghampar. Orang-orang berjalan hilir-mudik melewati jalanan yang membelah square. Di pinggir trotoar sepasang muda-mudi duduk memadu kasih.

Fahri melewati halte tram dan terus berjalan ke utara. Tiba-tiba matanya menangkap pemandangan yang berbeda. Sosok perempuan mengenakan gamis dan jilbab serba hitam sedang rukuk menghadap kiblat di atas rerumputan di pinggir square. Fahri memelankan langkahnya. Ia melihat jam tangannya. Masih waktu dhuha. Waktu dhuhur masih lama. Perempuan itu bangkit dari rukuknya. Fahri melihat wajahnya.

Fahri terkesiap.

Itu adalah perempuan yang gambarnya ada di halaman depan The Edinburgh Morning. Perempuan peminta-minta yang buruk rupa. Perempuan itu tampak begitu khusyuk tidak mempedulikan lalu lalang orang-orang di sekitarnya. Ia sujud dua kali lalu berdiri lagi. Kedua matanya memandang rerumputan tempat ia meletakkan keningnya ketika sujud.

Udara dingin berhembus. Matahari membias di langit pucat dan pias kelabu. Fahri menghentikan langkahnya ketika tiba-tiba tubuh perempuan berjilbab itu ambruk. Dua orang perempuan bule yang melihat langsung berlari memeriksa. Fahri dan Paman Hulusi juga berlari melihat.

"Masih hidup." Kata perempuan bule berambut pirang yang memeriksa nafas dan nadi perempuan berjilbab hitam itu.

"Harus dibawa ke hospital, agar mendapat pertolongan medis. Demamnya tinggi sekali!" Ujar perempuan bule satunya.

"Kau saja yang urus ya? Saya ada meeting penting."

"Panggil 999 saja. Saya juga ada urusan."

"Excuse me, biar kami yang urus perempuan ini." Kata Fahri.

"Anda yakin?"

"Iya. Biar kami yang urus."

"Terima kasih. Saran saya kalau Anda juga ada kesibukan serahkan saja pada 999. Perempuan ini sepertinya homeless. Saya sepertinya pernah beberapa kali melihatnya meminta-minta di dekat Scott Monument." Ujar perempuan bule berambut pirang.

"Tenang saja, kami bisa mengurusnya."

"Baiklah terima kasih."

Dua perempuan bule itu bangkit dan bergegas pergi. Fahri minta paman Hulusi mencari taksi. Beberapa orang yang lewat ada yang hanya melihat, dan ada juga yang menanyakan apa yang terjadi. Seorang ibu-ibu separo baya dengan penuh perhatian menanyakan apa yang bisa dia bantu. Fahri tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Paman Hulusi datang bersama supir taksi yang berhenti di depan halte tram. Dengan dibantu sopir taksi. Paman Hulusi dan Fahri menggotong tubuh perempuan itu dan memasukkan ke dalam taksi. Fahri duduk di depan di samping sopir taksi sementara Paman Hulusi duduk di belakang bersama perempuan yang didudukkan dalam posisi masih belum sadar itu.


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 111

0 komentar:

Posting Komentar