Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 93

Dengan bibir menyungging senyum Brenda mengeluarkan dua botol wine itu. Fahri dan Misbah agak kaget. Namun Fahri dengan cepat menyembunyikan kekagetannya.

"Botol dan kemasannya bagus." Puji Fahri.

"Ya tentu. Red wine dari Italia ini benar-benar istimewa. Saya jamin. Kalian akan merasakan suasana yang sangat berbeda begitu menikmatinya dalam tegukan pertama. Tegukan berikutnya semakin hangat dan luar biasa." Jelas Brenda penuh antusias.

Fahri mengangguk mendengar penjelasan perempuan berambut pirang itu.

"Sebenarnya saya ingin menghadiahi kalian red wine yang lebih hebat lagi. Pingus Dominio de Pingus buatan Ribera del Duero, Spanyol. Itu minuman luar biasa. Sayang saya tidak punya cukup uang untuk membayarnya."

"Anda tidak perlu repot-repot membawakan kami hadiah seperti ini."

"Sama sekali tidak repot. Saya senang bisa memberi sedikit hadiah untuk kalian."

"Nona Brenda."

"Iya."

Fahri berusaha tersenyum. "Dari hati paling dalam kami menyampaikan terima kasih atas perhatianmu ini. Kami sangat mengapresiasi kebaikan hatimu ini. Namun mohon maaf. Kami tidak bisa menerima hadiah ini."

"Kenapa? Ada yang salah?"

"Maaf kami tidak bisa minum segala jenis wine. Kami muslim. Kami tidak minum segala minuman yang mengandung alkohol. Mohon maaf. Kami tidak bermaksud menolak. Sungguh kami sangat mengapresiasi. Hanya kami tidak akan meminumnya. Lebih baik Nona Brenda bawa pulang untuk nona nikmati bersama teman-teman Nona. Jika tetap mau ditinggal di sini, silakan saja. Hanya tidak akan kami minum. Atau nona kembalikan ke tokonya. Pasti mahal. Uangnya nona belikan hadiah yang lain buat kami."

"Okay, okay, saya herusaha memahaminya. Sayang sekali, ini wine terbaik yang bisa saya dapatkan. Tapi tidak apa. Saya akan pikirkan untuk mengganti dengan hadiah yang lain."

"Jangan merepotkan."

"Sama sekali tidak."

Brenda melihat jam. Ia lalu menyeruput kopinya dan bangkit.

"Okay saya harus berangkat kerja. Saya tidak mau ketinggalan bis, Okay sebaiknya Chivas Regal dan Amarone Monte ini saya bawa saja. Bye."

Perempuan muda bule yang supel dan grapyak itu meninggalkan rumah Fahri dengan tetap tersenyum.

"Kenapa nggak Hoca terima saja. Toh bisa diberikan kepada karyawan-karyawan kita yang bukan muslim. Ada Nyonya Suzan Brent, Ruth, Madam Barbara. Mereka pasti senang." Ucap Paman Hulusi seolah menyayangkan sikap Fahri.

"Saya tidak mau memberi mereka sesuatu yang menurut saya dilarang oleh Allah. Kalau mereka mau membeli itu dengan uang mereka terserah mereka. Saya akan beri mereka bonus dan hadiah atas prestasi dan dedikasi mereka. Tapi sesuatu yang baik menurut mereka dan baik menurut Allah. Insya Allah."

"Kenapa nggak diterima saja, terus kita jual. Uangnya diberikan kepada yang membutuhkan."

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 93

0 komentar:

Posting Komentar