Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 113

"Baik. Saya beri kesempatan. Pertemuan kita sampai di sini saja. Kita jumpa pekan yang akan datang. Jika pekan yang akan datang kau belum selesai membaca enam buku yang belum kau baca itu, tidak usah menemui saya. Langsung saja temui Prof Stevens untuk minta pembimbing pengganti. Mengerti?"

"Saya mengerti. Terima kasih atas kesempatan keduanya. Sekali lagi terima kasih."

Ju Se meninggalkan ruang kerja Fahri dengan kepala menunduk penuh takzim. Begitu Ju Se menghilang, Fahri menghela nafas. Dalam hati ia minta maaf kepada Ju Se karena berlaku tegas seperti itu. Ia harus melakukan hal itu untuk mendidik mahasiswanya agar tahan banting dan mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Fahri lalu bersiap untuk meninggalkan ruang kantornya itu, ia hendak kembali ke klinik menjemput Paman Hulusi. Saat ia hendak melangkah keluar, telepon di meja kantornya berdering. Ia mengurungkan langkah keluar dan balik mengambil gagang telepon. Ternyata dari Profesor Charlotte.

"Ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda. Mendesak dan penting. Bisakah ketemu siang ini sambil makan siang di The Mosque Kitchen."

"Bisa. Profesor suka masakan muslim?"

"Bukan masakan muslimnya, saya suka bumbu Pakistannya."

"Okay. Jam berapa kita jumpa?"

"Satu jam lagi?"

"Baik."


•••

"Bagaimana kondisinya, Paman Hulusi?"

"Dia sudah siuman, Hoca. Alhamdulillah bisa diselamatkan."

"Sakit apa dia Paman?"

"Tadi dokter sempat menyebutkan dia pingsan karena dehidrasi serius dan hipoglikemi. Demamnya yang tinggi itu karena gejala thypus. Tapi ada sedikit masalah Hoca."

"Apa Itu?"

"Setelah siuman, dia inginnya keluar dan pergi meninggalkan klinik ini."

"Terus bagaimana? Dia masih di sini kan?"

"Masih Hoca. Saya bujuk-bujuk dia untuk diobati dulu. Mungkin ada baiknya Hoca bicara pada dia juga. Dia seperti cemas dan ketakutan Hoca."

"Baik Paman. Saya akan bicara padanya. Ayo."

Paman Hulusi mengantar Fahri ke kamar di mana perempuan berjilbab hitam bermuka buruk itu dirawat. Klinik itu tidak terlalu besar, namun peralatannya lengkap. Tidak memiliki banyak kamar untuk menginap, hanya belasan kamar saja. Klinik itu menempati bangunan tua dan kuno yang dirawat dengan baik. Paman Hulusi membawa Fahri ke sebuah kamar di lantai dua. Setelah mengetuk pintu dan terdengar suara agak serak mempersilakan masuk, maka Paman Hulusi pun memasuki kamar itu diikuti Fahri.

Perempuan berjilbab hitam itu berbaring diatas ranjang perawatan. Cairan infus dialirkan ke tangan kirinya. Melihat Paman Hulusi dan Fahri yang datang, perempuan berjilbab hitam itu agak sedikit terkejut. Dengan tenang Fahri mendekat. Ia memandang sekilas wajah perempuan berjilbab hitam itu lalu menunduk.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 113

0 komentar:

Posting Komentar