Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 115

Sabina mendengarkan kata-kata Fahri dengan seksama sembari membaca berita yang ada dalam website The Edinburgh Morning itu. Sabina tiba-tiba menangis tersedu-sedu seraya minta maaf sebesar-besarnya kepada Fahri. Ia juga minta agar dimintakan maaf kepada seluruh komunitas muslim yang ada di Edinburgh.

"Aku sama sekali tidak punya maksud membuat kalian jadi bahan cibiran. Maafkan aku."

"Yang paling penting. Sister mau ya tinggal bersama kami untuk sementara setelah keluar dari klinik ini. Kalau sister tidak betah nanti kami usahakan mencarikan tempat tinggal yang layak. Ini demi kebaikan kita semua."

Sabina mengangguk pelan.

Fahri tampak lega.

"Sister Sabina akan berada di klinik ini sampai benar-benar sembuh. Setiap hari Paman Hulusi nanti akan menjenguk. Kalau ada keperluan apa saja, sampaikan kepada Paman Hulusi Okay?"

Sabina kembali mengangguk. Air matanya mengambang di pelupuk matanya. Ia tidak mengira bahwa di dunia ini masih ada orang yang perhatian kepadanya.


•••

Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam lebih lima menit. Usai shalat witir Fahri merebahkan tubuhnya di kasur. Tubuhnya benar-benar letih. Ia merasa jika telah tertidur maka ia akan susah bangun malam, karena tenaganya lelah terforsir seharian.

Seluruh tubuhnya lelah, namun otaknya belum mau istirahat. Akibatnya kedua matanya tidak juga terpejam. Bukan masalah perempuan berjilbab hitam itu yang jadi pikiran. Bukan masalah bisnisnya, bukan masalah nenek Catarina, bukan masalah Jason dan keluarganya, bukan Ju se dan tesisnya, juga bukan kerinduannya pada Aisha yang menyesaki pikirannya.

Apa yang tadi siang diminta Professor Charlotte sambil makan siang itulah yang kini terus menyalakan pikirannya. Bagaimana tidak? Permintaan Professor Charlotte itu bukanlah sesuatu yang ringan, namun ia begitu saja menyanggupinya. Ia sendiri sedikit heran, kenapa itu langsung mengitu saya mengiyakan.

Meskipun itu adalah hal yang tidak ringan, namun ia merasakan jawabannya itu telah membuat hidupnya begitu bergairah. Ada gairah yang menyala ketika ia menghadapi sebuah tantangan. Dulu, saat menghadapi ujian agar bisa menjadi murid talaqqi $yaikh Utsman Abdul Fatah' di Mesir, ia begitu bergairah dan membara. Siang malam ia memurojo'ah hafalan Qur'annya. Ia juga menghafal Matan Asy Syatibiyah hingga tuntas di luar kepala. Dan hasilnya, ia satu-satunya orang asing yang terpilih untuk menjadi muridnya dari sepuluh orang yang dipilih tahun itu. Sembilan lainnya adalah orang Mesir. Tantangan itu membuatnya bergairah, dan dengan kerja keras dan taufiq dari Allah, ia berhasil.


1 Detil kisah bagaimana Fahri talaqqi qira'ah sab'ah dengan Syaikh Utsman bisa dilihat di Ayat Ayat Cinta 1, hal. 16-17.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 115

0 komentar:

Posting Komentar