Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 127

"Rindu pada Aisha tidak hanya main biolanya Paman. Rindu pada semuanya. Tapi biola ini mau saya berikan kepada seseorang."

"Siapa?"

"Keira."

"Keira?"

"Iya."

"Hoca jatuh cinta sama Keira?"

"Hus! Jangan bicara sembarangan Paman.. Nanti saya ceritakan."

Tiba-tiba dari tangga yang menuju basement yang berada di dekat dapur, muncul perempuan berjilbab hitam bermuka buruk. Fahri sedikit terhenyak. Ia sadar kini ada orang baru ikut menghuni rumah itu, yaitu Sabina.

"Ada apa Sabina?" Tanya Paman Hulusi.

"Maaf kalau mengganggu, saya perlu minum air hangat." Jawab Sabina serak dengan kepala menuduk.

"Oh ya, kebetulan ini saya sedang buat teh. Kau mau minum teh?"

Sabina mengangguk.

Paman Hulusi mengambil cangkir keramik dan menuang air teh ke dalamnya lalu memberikannya kepada Sabina.

"Terima kasih." Sabina mengambil cangkir berisi teh itu lalu menuruni tangga menuju kamarnya di basement. Sebelum benar-benar menghilang ditelah anak tangga ke bawah, Sabina sempat menengok melihat Fahri sekilas dan menatap barang yang dibawa Fahri.

Paman Hulusi menyeruput tehnya sambil berdiri.

"Duduk Paman."

"Oh iya Hoca, lupa."

Ia menyambar cangkir teh satunya yang ia siapkan untuk Fahri dengan tangan kirinya lalu berjalan menuju meja kursi di ruang tengah yang sekaligus jadi ruang tamu. Fahri duduk dan menyandarkan biola ke dinding. Paman Hulusi meletakkan cangkir teh di tangan kirinya di hadapan Fahri. Ia lalu duduk dan menyeruput tehnya.

"Boleh saya lihat biolanya, Hoca?"

"Boleh."

Paman Hulusi membuka tas hitam wadah biola dan mengeluarkan biola yang masfh baru. Paman Hulusi mengamati dengan seksama. Paman Hulusi membaca merk biola itu.

"Karl Joseph Schneider Stradivari, buatan Jerman. Pasti mahal. Berapa barganya Hoea?"

"875 pounsterling."

"Mahal. Hoca yakin ini mau dihadiahkan buat Keira?"

"Yakin Paman. Ada apa Paman? Tidak seperti biasanya, kali ini Paman seperti aneh."

"Justru Hoca yang aneh. Belum pernah saya dengar Hoca memberi hadiah mahal pada seorang perempuan apalagi gadis. Hanya kepada Aisha Hanem Hoca biasa melakukan itu. Tiba-tiba ini Hoca mau memberi hadiah Keira sebuah biola merk Karl Joseph Schneider. Ini aneh. Ada apa ini? Coba Hoca bayangkan, jika Aisha Hanem tahu apa dia cemburu? Jika Aisha Hanem ada di sini apa kira-kira Hoca Fahri akan berani memberi hadiah kepada Keira?"

Fahri tersenyum.

"Pikiran Paman Hulusi terlalu jauh. Dengar baik-baik Paman, kalau Aisha masih hidup dan ada di sini dan tahu kondisi Keira, maka ia yang akan mengidekan untuk memberi hadiah biola kepada Keira. Dia bahkan yang akan memaksa untuk menolong Keira."

"Menolong apa?"

"Ceritanya panjang. Istirahat dulu. Besok saya ceritakan."

"Iya, baik Hoca."


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 127

0 komentar:

Posting Komentar