Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 130

"Paman tolong panggilkan perempuan itu. Siapa namanya?"

"Sabina."

"Ya Sabina. Panggil dia kemari Paman."

"Baik Hoea."

Sebelum Paman Hulusi berdiri dari duduknya, terdengar suara serak dari arah dapur.

"Saya datang Tuan."

"Sabina?! Kau di situ?" Paman Hulusi kaget memandang ke arah Sabina di dapur. Pintu dapur terbuka. Tampak perempuan berjubah hitam berjilbab hitam bermuka buruk berdiri dengan muka menunduk. Fahri mendongakkan wajahnya melihat Sabina.

"Sejak kapan kau di situ? Lancang! Kau menguping pembicaraan kami!"

"Ma ... maafkan saya Tuan Hulusi, sungguh maafkan saya. Saya tidak sengaja. Saya tadi naik ke dapur dari bawah, ni... niat saya mau menawarkan membuatkan teh untuk Tuan berdua. S..saya ti..tidak berniat menguping pembicaraan. Saya hanya dengar sedikit kata-kata Tuan Fahri tentang bunga-bunga makrifat, Ma...maafkan saya!"

"Lancang! Jangan diulangi!"

"I..iya Tuan."

"Paman Hulusi jangan kasar begitu. Dia sudah minta maaf. Yang ia dengar juga bukan sesuatu yang aib. Kemarilah Sister Sabina, kemari!"

Perempuan itu berjalan pelan dengan menundukkan kepala, lalu hendak duduk di lantai, namun langsung dicegah Fahri.

"Hei, hei, jangan duduk dilantai! Siapa nyuruh duduk di lantai sister? Duduklah di kursi."

Sabina lalu duduk di kursi di sebelah kiri Fahri dan di sebelah kanan Paman Hulusi.

"Sister Sabina."

"Iya Tuan Fahri."

"Saya hanya tahu sedikit tentang Anda dari Paman Hulusi. Saya ingin dengar langsung dari Anda lebih detil. Tolong ceritakanlah dengan jujur, apa adanya, dengan detil, siapa Anda, dari mana Anda, keluarga Anda di mana, dan kenapa sampai hidup jadi gelandangan dan pengemis di Edinburgh? Ceritakanlah apa adanya, semoga saya bisa membantu mencarikan solusi atas kesukaran yang Sister hadapi!"

"Permasalahan, kesukaran dan penderitaan saya terlalu rumit dan komplek, Tuan tidak akan bisa mengurai dan membantu mencari jalan keluar. Seharusnya Tuan tidak usah repot-repot membantu saya. Biarkan saja saya di jalanan dan biar Allah yang mencarikan jalan keluarnya."

"Sabina, jangan lancang, jaga ucapanmu kepada Hoca Fahri." Hardik Paman Hulusi.

"Jangan kasar-kasar Paman. Sister Sabina berhak berbicara Paman."

"Iya Hoca. Tapi kata-katanya menurutku tidak pada tempatnya. Sudah ditolong dengan baik-baik tapi sok tidak perlu pertolongan. Padahal di jalanan bertampang memelas minta belas kasih orang dan memasang tulisan di dadanya, 'Homeless, please help me!'"

Sabina menunduk dengan kedua mata berkaca-kaca.


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 130

0 komentar:

Posting Komentar