Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 118

Ia harus mengakui profesor muda cucu Sang Mujaddid dari Mesir itu memiliki logika herpikir yang tidak biasa dan juga memiliki kemampuan berdebat yang tidak bisa diremehkan sedikitpun oleh para ilmuwan sosial di Barat. Profesor studi Islam kontemporer di Oxford itu juga memiliki kelebihan lidah yang fasih mengucapkan ayat-ayat suci Al Qur'an dan hadits, fasih berbahasa Arab, fasih berbahasa Perancis, fasih berbabasa Jerman, dan tentu fasih berbahasa Inggris. Empat bahasa penting di dunia itu seumpama bahasa ibunya sendiri.

Berdiri di panggung itu Profesor Tarek begitu mempesona. Mimiknya. Intonasi, bicaranya. Pilihan diksinya. Jejaring logikanya. Ia seumpama aktor yang begitu menguasai seni perannya, begitu menguasai panggungnya. Ia seumpama Al Pacino yang tidak pernah asal-asalan menggunakan gerak tubuhnya saat memainkan perannya. Atau, ia seumpama Renda ketika menyatu dengan panggung teater yang dimainkannya.

Menyaksikan Profesor Tarek berdebat begitu entertaining, segar, dan amazing. Sebuah pertunjukan yang sangat berkelas. Wajar jika Profesor Tarek Ramadan jadi langganan sebagai pembicara di panggung Oxford Debating Union.

Dan, ia dengan segala kelemahan dan kekurangannya, ia juga ingin menyuguhkan jurus herdebat kelas dunia. Ia ingin membuktikan, ilmuwan dari Indonesia juga bisa berlaga dengan hebat di panggung Oxford Debating Union. Dan dunia tidak boleh sedikit pun memandang sebelah mata kepada Indonesia.

"Umat Islam di Indonesia pernah melakukan perbuatan sangat kejam. Dalam data kami, setelah peristiwa 30 September 1965, umat Islam melakukan pembantaian massal terhadap orang-orang yang dianggap komunis. Korban keganasan itu tak kurang dari satu juta jiwa. Kami memiliki data yang valid atas hal ini. Apa pendapat Anda?"

Fahri memhayangkan calon lawan debatnya akan menyerangnya salah satunya dengan pertanyaan itu. Ia mengerutkan keningnya. Ia harus bisa memberikan jawaban yang benar sesuai dengan fakta sejarah. Tidak hanya benar, tapi mampu meyakinkan semua orang yang hadir dan menyaksikan acara debat tingkat tinggi itu.

Saat Fahri sedang merangkai jawaban dari fakta-fakta sejarah yang ia miliki, telepon di mejanya berdering. Miss Rachel memberitahu bahwa ada anak remaja ngotot minta berjumpa dengannya.

"Kelihatannya dia remaja kurang baik." Jelas Miss Rachel

"Siapa namanya?"

"Dia sebut namanya Jason."

"Oh dia. Tak apa bawa dia ke ruang kerjaku."

"Anda yakin."

"Ya, dia tetangga saya."

"Perlu dikawal sekuriti?"

"Tidak perlu."

"Baik."


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 118

0 komentar:

Posting Komentar