Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 116

Begitu pula ketika ia hendak menulis Ph.D di Uni-Feiburgh, ia mensyaratkan dirinya selain bahasa Inggrisnya harus mencapai IELT 7.0, untuk bahasa Jerman ia mensyaratkan dirinya sendiri harus mencapai minimal B2.3. Dan dengan kerja keras serta dibantu Aisha istrinya yang menguasai dua bahasa itu dengan sangat fluent, ia akhirnya meraih apa yang ia targetkan.

Dan sekarang, tantangan besar yang menggairahkan itu datang. Kesanggupannya memenuhi permintaan Professor Charlotte adalah tantangan besar yang begitu menggairahkannya. Tubuhnya telah lelah dan letih. Namun gairah besar itu menggebu-gebu dalam otaknya, sehingga kedua matanya tidak juga terpejam.

Tadi siang ia menyanggupi permintaan tidak ringan itu.

Professor Charlotte memintanya mewakili ilmuwan sosial dari IMES, The University Of Edinburgh untuk berdebat di Oxford Debating Union.

"Oxford Debating Union minta seorang pakar Islam, Timur tengah dan Asia Tenggara untuk berdebat. Awalnya saya minta Professor Ted Stevens. Tapi dia tidak bisa. Saya langsung tak ada pilihan lain selain kamu, Fahri. Saya sangat yakin kamu bisa berdebat di forum debat paling prestisius di Britania Raya ini. Bagaimana, kamu sanggup?" Ucap Professor Charlotte sambil memandang tajam wajahnya.

Dada Fahri bergemuruh. Permintaan Professor Charlotte itu adalah sebuah kehormatan dan kesempatan yang tidak boleh disia-siakan, sekaligus tantangan yang tidak ringan. Namun tantangan berat itu selalu menggairahkan jiwanya.

"Dengan senang hati, saya sanggup." Jawabnya tegas.

"Sudah kuduga kau akan mengucapkan itu." Senyum Prof. Charlotte.

Satu bulan lagi ia akan berdiri di panggung debat legendaris itu. Berdebat di Oxford. Ia telah lama mendengar reputasi forum debat prestisius itu. Oxford Debating Union paling getol mengadakan debat kelas berat, diantaranya adalah debat antar agama. Yang diundang berbicara dan berdebat adalah para pakar kelas suhu. Ilmuwan dengan kemampuan logika dan cara kritis yang pas-pasan jangan harap bisa survive di panggung itu. Logika debat Oxford dikenal angker dan berwibawa.

Jiwa Fahri begitu bergairah. Tantangan dari Oxford itu begitu membara. Akankah ia bisa membela agamanya, membela keyakinannya dan tetap Survive dalam arena perang tanding Oxford Debating Union Itu? Satu bulan lagi, jawabanya. Dan untuk menang ia harus melakukan persiapan layaknya seorang pemenang.

Bismillahi tawakkaltu 'alallah!

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 116

0 komentar:

Posting Komentar