Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 226

"Sudahlah, kita bicara tema lain saja. Itu mahasiswi China yang kau bimbing sudah selesai?"

"Oh Ju Se. Tinggal perbaikan akhir. Pekan depan saya minta dia sudah mengumpulkan tesisnya."

"Bagus. Ada seorang mahasiswa program PhD, dia kirim proposal riset kepadaku. Dia pengajar di IIUM Malaysia. Aku tertarik untuk menerimanya, apakah kau mau menjadi co-supervisor? Aku pembimbing pertama, kau pembimbing kedua?"

"Apa tidak terlalu cepat saya menjadi pembimhing mahasiswa program PhD, Prof?"

"Saya melihat kualitasmu. Kau layak. Karya-karyamu di berbagai jurnal internasional dan dedikasimu yang luar biasa."

"Maaf Prof, bukan saya tidak mau atau merasa tidak mampu. Ada baiknya Profesor tawarkan kepada para dosen yang lebih senior. Jika mereka tidak ada yang mengambilnya saya bersedia. Jika ada yang mau mengambilnya, biarkan mereka yang mengambilnya."

"Kalau saya tawarkan pasti mereka berebutan. Sebenarnya aku tawarkan kepadamu karena aku merasa cocok denganmu."

"Profesor pasti tahu saya sesungguhnya tidak menolak, tapi saya merasa..."

"Aku sudah tahu maksudmu. Baiklah aku hargai. Sikapmu itu khas orang Melayu. Aku beritahu, kali ini kau boleh bersikap seperti itu, sikap menghargai dosen yang lebih senior. Tetapi lain kali kau harus tahu, ini dunia profesional, kau berada di salah satu kampus terbaik dunia. Ketika kau diberi sebuah kesempatan, maka itu datang karena prestasi dan kinerjamu, dan kau tidak boleh membuang kesempatan emas itu begitu saja. Catat baik-baik nasehatku ini!"

"Iya Prof."

Profesor Charlotte lalu mengajak Fahri untuk pesan makanan yang lebih serius, bukan sekedar makanan kecil. Mereka berdua lalu pesan menu untuk makan siang, dan berdiskusi tentang banyak hal.

Hikmah adalah barang yang hilang dari orang beriman, di manapun orang beriman menemukannya maka ia paling berhak mengambilnya. Dalam diskusi dengan Profesor Charlotte siang itu Fahri banyak mengambil hikmah yang sangat berharga. Dari Profesor Charlotte ia bisa belajar tentang kekuatan fokus.

"Sejak masih remaja, ketika teman-temanku lebih suka belajar menyanyi dan menari aku tidak. Aku tidak ikut-ikutan mereka. Aku sudah punya cita-cita yang jelas. Kukatakan pada diriku, aku harus jadi Profesor di The University of Edinburgh. Aku mulai belajar bahasa asing dengan serius. Salah satu teman sekolahku ketika itu berasal dari Irak. Dia gadis yang cantik dan baik. Ayahnya pengajar di Baghdad University sedang menyelesaikan PhD bidang Kimia di The University of Edinburgh. Aku belajar bahasa Arab darinya. Aku belajar cerita seribu satu malam dengan bahasa Arab darinya. Sejak itu saya tertarik dengan dunia Arab. Dan aku fokus mendalaminya. Kini keinginan saya menjadi kenyataan. Kau lihat Fahri, aku sudah jadi Profesor di The University of Edinburgh."

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 226

1 komentar: