Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 240

Nenek Catarina menggelengkan kepala sambi terisak. Tangan kanannya menarik tangan Fahri. Brenda hanya diam dan melihat dengan seksama. Fahri mendekat dan membiarkan tangan kanannya dipegang nenek Catarina lalu diciumi oleh nenek Yahudi itu sambil menangis.

"Aku terharu, kau baik sekali, kalian semua tetangga-tetangga yang baik dan perhatian. Perawat sudah cerita kalau aku terlambat dibawa ke sini beberapa menit saja maka nyawaku mungkin tak tertolong lagi."

"Dalam hal ini nenek harus sungguh-sungguh berterima kasih pada Brenda. Dialah yang menemukan nenek pingsan dan memaksa saya pulang membawa nenek kemari."

"Oh Brenda, terima kasih Brenda."

"Yang penting nenek selamat dan semoga segera pulih kembali. Tapi kenapa nenek tampak sedih. Saya lihat tidak hanya haru, tapi ada gurat kesedihan dalam wajah nenek. Guratan itu tidak bisa berbohong."

Nenek Catarina menutup kedua matanya seraya melepaskan pengangannya pada tangan Fahri. Pelan-pelah isak tangisnya mereda tapi air matanya terus meleleh keluar.

"Ada banyak hal yang membuatku sedih ketika aku bangun di tempat ini dan aku menyadari apa yang terjadi."

"Berapa kali saya bilang ke nenek, agar nenek tidak banyak mikir rnacam-macam. Nikmatilah masa tua nenek. Nikmati anugerah hidup dari Tuhan ini. Kalau ada apa-apa nenek bilang ke saya, saya akan bantu semampu saya. Saya tetangga paling dekat nenek. Nenek boleh anggap saya teman, boleh anggap saya keluarga bahkan anak kalau mau. Setiap melihat nenek saya seperti melihat nenek saya sendiri. Jadi nenek jangan sedih."

"Terima kasih Fahri. Kalau aku suatu ketika nanti mati dan berjumpa dengan Tuhan, aku akan meminta kepada Tuhan agar kau diberi segala kebaikan dan disayang Tuhan. Aku sudah berusaha tidak mikir yang tidak perlu. Tapi begitu bangun di ruangan ini dengan selang infus tertancap di tangan kiri, pikiran yang mengantarkan kepada kesedihan itu datang begitu saja."

"Apa itu Nek, mungkin kami bisa meringankan kesedihan nenek?"

"Jujur aku sedih meratapi nasib diriku. Di penghujung usiaku aku tidak punya keluarga yang menyayangiku. Anak angkatku sedemikian tega. Aku dalam kondisi sakit tidak ada keluarga di dekatku. Ini sungguh mengenaskan dan menyedihkan. Beruntung Tuhan Maha Baik, Dia kirim malaikat-malaikat seperti kalian sebagai pengganti keluargaku. Ketika aku ingat kebaikanmu Fahri, termasuk kebaikanmu mengantarkan aku ke sini. Aku tahu kau punya kesibukan bermacam-macam, tapi kau tetap mempedulikan aku, yang sesungguhnya bukan siapa-siapamu. Juga bukan satu bangsa dan satu agama denganmu. Tapi kau begitu peduli. Padahal semestinya kau boleh dendam kepadaku. Tapi kau tidak dendam, kau begitu baik. Aku percaya kalau kau menganggap aku seperti nenek atau ibumu sendiri. Aku percaya itu. Ini membuatku haru bercampur sedih."

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 240

0 komentar:

Posting Komentar