Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 229

Sabina membalikkan badan dan berjalan ke dapur. Di meja kecil yang ada di dapur, Sabina menikmati sarapan paginya, dengan menu yang sama. Hanya saja untuk minumnya ia lebih memilih lemon hangat. Tadi saat ia memasak nasi goreng itu dan sempat mencicipinya nafsu makannya begitu menggelora. Apalagi ketika mendapat pujian dari Fahri dan Misbah, ia ingin segera menikmati nasi goreng buatannya itu. Namun ketika Paman Hulusi memintanya untuk berbincang setelah sarapan, tiba-tiba nafsu makannya hilang seketika. Nasi goreng itu terasa hampar dan minuman lemon hangat yang biasanya segar terasa pahit di tenggorokan.

Menit-menit berlalu, namun degub jantung dan rasa gemetar dalam diri Sabina tidak juga mau berlalu.

"Tampaknya ada hal yang serius yang mau Paman Hulusi bicarakan, masalah apa Paman?" Sabina mendengar suara Misbah bertanya kepada Paman Hulusi. Tampaknya mereka sudah selesai sarapan.

"Seperti yang kemarin sudah saya sampaikan, saya ingin membangun hidup baru, saya ingin membangun rumah tangga di sisa umur saya. Saya ingin menikah lagi, biar jika nanti saya di panggil Allah saya dipanggil dalam keadaan menyempurnakan separo agama, saya telah menikah lagi punya istri. Dan saya telah meminang Sabina. Namun sampai pagi ini Sabina belum memberi jawaban. Saya ingin mendengar jawabannya disaksikan oleh Hoca Fahri dan Misbah." Jawab Paman Hulusi.

Kata-kata itu didengar dengan sangat jelas oleh Sabina. Air mata Sabina tiba-tiba meleleh. Ia tidak tabu harus menjawab apa. Ia merasa tidak mungkin menerima Paman Hulusi, namun berterus terang menolaknya juga berat rasanya.

"Sabina kalau sudah selesai silakan kemari, Paman Hulusi sudah menunggu dan saya juga harus segera ke kampus." Ucap Fahri. Kata-kata Fahri tidak keras namun Sabina mendengarnya dengan jelas.

"Baik Hoca."

Sabina meninggalkan mejanya dan bergegas duduk di sofa kosong di hadapan Fahri.

"Silakan Paman, dimulai."

Fahri menepuk pelan lengan Paman Hulusi yang duduk di samping kanannya.

"Iya Hoca. Baiklah. Jadi begini Sabina, hari ini saya ingin mendengarkan jawabanmu. Dan jujur saja saya sangat berharap jawabanmu adalah jawaban yang menggembirakan untuk saya dan semuanya. Hoca Fahri sangat mendukung jika saya menikahi dirimu, iya kan Hoca?"

"Iya." Lirib Fahri. Air mata Sabina meleleh.

"Jadi apa jawabannya Sabina?"

Sabina tidak kuasa menahan isak tangisnya. Fahri sekilas menatap pipi Sabina yang basah oleh air mata. Paman Hulusi diam menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut Sabina. Paman Hulusi sangat yakin bahwa isak tangis Sabina adalah isak tangis kebahagiaan. Tiba-tiba ada perasaan haru menyusup ke dalam hatinya, ia merasa haru bisa membuat Sabina sampai terisak menangis bahagia. Perempuan peminta-minta berwajah buruk dan berstatus ilegal dan gelandangan itu pasti sangat bahagia ada lelaki normal yang mau memperistrinya. Hati Sabina pasti sedang penuh disesaki rasa babagia sehingga ia sampai terisak-isak haru.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 229

1 komentar: