Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 239

Fahri kembali menghela nafas. Misbah tiba-tiba buka suara, "Sungguh saya tidak menduga, perempuan seperti Sabina bisa sedemikian dalam mengesan di hati nenek Catarina. Sungguh tidak terduga."

"Dan kau tidak menduga bahwa Sabina juga mengesan dihatiku, tidak hanya nenek Catarina. Jika dilihat wajahnya Sabina tidak menarik. Suaranya serak kurang enak didengar. Tapi jika sudah dekat dengannya, jika pagar-pagar pembatas telah tersinggkirkan, maka Sabina adalah ketulusan, kepolosan, kebaikan dan kesetiaan. Dia tempat yang nyaman untuk berbagi. Dia pendengar yang baik, sekaligus pemberi nasehat yang baik. Orang yang kesepian seperti nenek Catarina pasti sangat beruntung punya teman sesabar Sabina."

Fahri tidak percaya bahwa kepergian Sabina sampai membuat nenek Catarina sakit. Mungkin saja kepergian Sabina membuat nenek Catarina tidak nyaman, tapi ia berharap sakitnya nenek Catarina bukan karena kepergian Sabina. Ia menunggu sampai nenek Catarina sadar sepenuhnya dan diperbolehkan di ajak bicara. Ia ingin tahu apa sesungguhnya yang terjadi.

Setelah dua jam menunggu, seorang perawat memberitahu bahwa nenek Catarina sudah bisa dijenguk dan diajak berbicara. Hanya dua orang yang dibolehkan memasuki kamar di mana nenek Catarina dirawat. Fahri mengajak Brenda untuk menjenguk.

"Tolong nenek itu dihibur. Tampaknya ia sedang sedih sekali. Sejak ia sadar apa yang terjadi, ia terus menangis." Kata perawat.

Fahri menangguk dan melangkah ke kamar di mana nenek Catarina dirawat diikuti Brenda. Dengan pelan dan hati-hati Fahri membuka pintu. Nenek Catarina terbaring di atas kasur. Kedua matanya lulus memandang langit-langit kamar itu. Air mata tampak meleleh dari kedua matanya. Cairan infus mengalir lewat tangan kirinya. Nenek Catarina tampak pucat, namun kondisinya lebih segar dibandingkan saat pingsan.

Fahri melangkah pelan mendekat diikuti Brenda.

"Hei nenek yang baik, apa kabar?" Sapa Fahri pelan ketika sudah berada tepat di samping ranjang nenek Catarina. Fahri menyungging senyum. Nenek Catarina tersadar mendengar sapaan Fahri. Ia menoleh ke arah Fahri. Dengan tangan kanannya yang telah keriput ia menyeka air matanya. Melihat Fahri tersenyum, nenek Catarina berusaha tersenyum.

"Ah kau Fahri."

"Iya, ini bersama Brenda. Di luar sana ada Paman Hulusi dan Misbah."

Nenek Catarina memandang Fahri, ia tidak kuasa menahan air matanya. Nenek itu terisak. Fahri agak sedikit bingung harus bersikap bagaimana.

"Ada apa Nek, apa ada sikap saya yang salah? Kenapa nenek menangis?"

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 239

0 komentar:

Posting Komentar