Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 235

"Malam ini kita cukupkan sampai di sini pencarian kita. Besok kalau ada waktu kita lanjutkan. Jika nanti di Edinburgh tidak kita temukan setelah sekian lama kita mencarinya, maka kita coba ke Glasgow. Yang penting kita ikhtiar. Kalau Allah mau mempertemukan lagi dengannya bukan hal yang susah." Fahri menghela nafas.

"Apakah kita perlu lapor polisi untuk menemukan Sabina?" Paman Hulusi tampaknya sudah tidak lagi mengingat penolakan Sabina.

"Sementara tidak perlu Paman. Mari kita pulang, nanti shubuh keburu datang."

Mereka melangkah menyusuri jalanan Waverley Bridge. Mereka menuju parkiran Stasiun Waverley tempat di mana mobil Fahri diparkir. Sampai di rumah Fahri tidak tidur, ia memilih menunggu waktu shubuh tiba. Ia khawatir jika tertidur akan kehilangan shalat shubuh tepat pada waktunya.

Pagi itu Fahri shalat shubuh berjama'ah di rumah bersama Misbah dan Paman Hulusi. Dan entah bagaimana nama Sabina tersebut begitu saja dalam doa Fahri ketika sedang sujud. Fahri sempat mendoakan agar Sabina dijaga Allah dan dikembalikan lagi ke Stoneyhill Grove.

Ternyata yang merasa kehilangan atas kepergian Sabina tidak hanya nenek Catarina saja. Brenda dan Nyonya Janet ternyata juga merasa kehilangan. Mereka berdua juga menanyakan keberadaan Sabina. Secara jujur, Brenda mengatakan bahwa Sabina telah menjadi teman berbincangnya akhir-akhir ini. Ia dan Sabina bergantian mengurus dan memperhatikan nenek Catarina.

"Jika saya tidak ada kerjaan, saya biasanya datang menemui Sabina. Lalu saya akan larut dalam pembicaraan panjang ke mana-mana. Itu biasanya jika kalian bertiga tidak ada di rumah. Saya masih penasaran dengan masa lalu Sabina. Sesungguhnya dia itu dulu kerjaannya apa? Sebab ia bisa nyambung banyak hal jika diajak bicara. Ia juga kelihatan seperti menguasai psikologi komunikasi. Banyak masalah komunikasi saya yang buruk dengan teman-teman sekantor, lalu jadi baik setelah saya cerita kepada Sabina dan ia memberi beberapa saran ringan. Saya benar-benar kehilangan teman berdiskusi yang tidak berjarak." Cerita Brenda kepada Fahri, Paman Hulusi dan Misbah.

"Sabina memiliki kepercayaan diri luar biasa. Meskipun tampaknya ia seorang gelandangan. Dan ia jujur bercerita kepada saya bahwa dia seorang gelandangan di kota ini, tetapi ia bukan jenis orang yang inferior. Saya tahu itu. Keteguhan imannya akan adanya Tuhan yang menyertainya setiap saat luar biasa kuatnya. Ia pernah bilang kepada saya bahwa tinggal di rumah yang sangat mewah, tinggal di hotel berbintang, tinggal di rumah reot, tinggal di emperan toko tanpa rumah, bahkan tinggal di dalam penjara, itu semua rasanya sama jika di dalam dada ada Tuhan. Yang tinggal di rumah mewah tanpa memiliki Tuhan yang penuh kasih sayang ia akan merasa dalam arti yang sesungguhnya. Yang memiliki Tuhan dan disertai Tuhan ia akan terus merasa bahagia. Tak ada cemas, tak ada khawatir tak ada rasa takut."

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 235

0 komentar:

Posting Komentar