Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 236

"Apa yang perlu ditakuti jika yang menemaninya setiap saat adalah Tuhan? Adakah yang lebih setia dari Tuhan? Adakah yang lebih bisa memberikan rasa aman dari Tuhan?" Tutur Nyonya Janet, ibunda Keira.

"Sejak bertemu Sabina, saya semakin tenang menghadapi hidup ini. Beberapa bulan berteman dengan Sabina ternyata lebih saya rasakan manfaatnya dari pada pergaulan saya bertahun-tahun dengan teman saya sesama orang Skotlandia selama ini. Sabina seperti mendorong diriku lebih dekat kepada Tuhan. Perempuan sebaik itu tidak layak jadi gelandangan di jalan. Ia layak hidup mulia seperti para biarawati atau apalah namanya kalau di dalam Islam. Perempuan-perempuan suci yang bisa membantu sesamanya menemukan jalan yang baik." Lanjut Nyonya Janet.

Tak ayal, pencarian keberadaan Sabina kini melibatkan Brenda, Nyonya Janet dibantu anaknya Jason. Para tetangga yang lain di komplek Stoneyhill Grove juga membantu mencari Sabina. Mereka telah diberi pesan untuk tidak lapor kepada polisi dahulu. Dua hari penuh Fahri mencari Sabina dengan menyusuri lorong-lorong kota Edinburgh secara lebih detil dan tapis. Namun hasilnya nihil. Demikian juga hasil pencarian Brenda, Nyonya Janet dan para tetangga.

Sore itu Fahri duduk di Kafe Italiano di jalur The Royal Mile, alunan Bigpipe mengalunkan lagu kesedihan. Fahri menyeruput Cappucino-nya. Paman Hulusi dan Misbah juga menyeruput minumannya. Masing-masing asyik dengan gelas minumannya dan saling diam. Fahri tidak tahu lagi harus mencari Sabina kemana.

Fahri menghela nafas, sedetik kemudian ponselnya berdering. Ia angkat dari Profesor Charlotte memberitahukan bahwa besok adalah debat terbuka tentang Amalek dengan dua pemuka Yahudi di kota Edinburgh. Tempatnya dipindah ke auditorium Fakulty of Divinity. Fahri terhenyak. Untung Profesor Charlotte menelponnya. Jika tidak mungkin saja ia lupa bahwa besok adalah hari H debat terbuka. Kesibukan mencari Sabina telah menyita begitu besar waktu dan tenaganya.

Sejurus kemudian ponsel Fahri kembali berdering. Kali ini dari Nyonya Suzan yang sedang berada di Italia. Nyonya Suzan dan Madam Varenka sedang mengawal Keira dan Hulya yang tengah berkompetisi di Italia.

"Puji Tuhan, Keira dan Hulya masuk final. Besok mereka berdua akan final. Doakan keduanya bisa masuk tiga terbaik dunia."

Nada suara Nyonya Suzan begitu bahagia dan optimis. Fahri senang mendengar kabar itu. Seketika itu juga ia panjatkan doa agar Keira dan Hulya diberi tempat yang paling baik menurut Allah SWT. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa Hulya juga masuk final. Hulya yang ikut berangkat demi menemani Keira, ternyata bisa masuk final. Terlintas sekelebat bayangan Hulya memainkan biola di suatu senja di Stirling itu. Beberapa gesturnya mirip Aisha. Hulya mau tidak mau selalu mengingatkannya kepada Aisha. Apalagi saat ini biola yang dipakai Hulya untuk bertanding di Italia adalah milik Aisha.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 236

0 komentar:

Posting Komentar