Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 231

"Mohon Paman bisa memabami yang aku sampaikan, aku terikat sumpah tidak akan menikah lagi." Jawab Sabina dengan pandangan menunduk.

"Itu hanya alasan yang kau buat-buat saja.!"

"Demi Allah, tidak paman. Aku sungguh telah bersumpah tidak akan menikah lagi!"

Fahri menghela nafas, ia tampak memahami kekecewaan Paman Hulusi. Lelaki yang setia mengikutinya itu sudah sedemikian merendahkan diri untuk melamar seorang perempuan gelendangan bermuka buruk dengan niat yang mulia, tapi lamarannya di tolak. Fahri sangat berempati kepada Paman Hulusi,

"Sebentar Sabina, dengarkan kata-kata saya baik-baik. Sumpahmu itu boleh dikatakan tidak pada tempatnya. Kau tidak perlu bersumpah untuk tidak menikah lagi. Nikah adalah sunah para Nabi. Nikah itu baik, terpuji dan halal. Tidak perlu menjauhi kebaikan. Kau bisa membatalkan sumpahmu itu. Apa lagi saya tahu persis, niat Paman Hulusi itu tulus dan murni. Dia ingin menikahimu semata-mata berharap ridha Allah. Bukan yang lain."

Sabina mendengarkan kata-kata Fahri dengan dada bergemuruh. Ia ingin meledakkan kembali tangisnya tapi ia tahan sekuat tenaga.

"Menasehati orang lain itu mudah Hoca, tetapi mengamalkan pada diri sendiri tidak mudah. Kenapa Hoca tidak menikah lagi? Kalau Hoca katakan menikah itu baik, terpuji dan halal. Dan tidak perlu menjauhi kebaikan. Kenapa Hoca tidak menikah lagi?!"

Jawaban Sabina dengan suara serak bagai menusuk-nusuk dada Fahri. Tiba-tiba ia merasa malu pada dirinya sendiri. Sungguh benar kata-kata Sabina itu, menasehati orang lain itu mudah tetapi mengamalkan pada diri sendiri tidak mudah.

Mulut Fahri seperti terkunci, ia tidak bisa mendebat kata-kata Sabina.

"Adalah hak saya untuk tidak menikah lagi. Saya bukan seorang gadis lagi, saya berhak menentukan nasib saya. Terserah saya mau menikah lagi atau tidak. Wali saya bahkan tidak punya hak memaksa saya sama sekali. Yang jelas saya tidak anti menikah, saya sudah pernah menikah, dan saya sudah merasa cukup saya tidak mau menikah lagi. Tidak perlu saya menjelaskan panjang lebar kenapa saya tidak mau menikah lagi. Saya sangat menghormati Paman Hulusi. Saya sangat tahu Paman Hulusi sudah sedemikian baik dan sedemikian rendah hatinya sampai berkenan melamar perempuan gembel seperti saya. Tapi mohon dimaafkan kelancangan saya menolak lamaran Paman Hulusi. Sekali lagi Mohon maafkan saya."

"Perempuan sombong! Tldak tahu diri dan tidak mengaca!" Sahut Paman Hulusi sambil bangkit dan bergegas meninggalkan ruangan itu. Paman Hulusi tampak kecewa dan emosi.

Misbah bangkit hendak mengejar Paman Hulusi tapi Fahri memberi isyarat agar membiarkan Paman Hulusi pergi. Fahri kembali menghela nafas.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 231

1 komentar: