Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 237

Fahri kembali menyeruput Cappucinonya. Ponselnya berdering untuk ketiga kalinya. Kali ini dari Brenda.

"Kau ada di mana Fahri?"

"Di Royal Miles, ada apa Brenda?"

"Cepat pulang ke Stoneyhill Grove. Nenek Catarina sakit. Ia aku temukan pingsan di beranda rumahnya. Ini aku masih di rumahnya. Cepat ke sini, ia harus dibawa ke rumah sakit."

"Panggil saja ambulan. Kita ketemu di rumah sakit."

"Tidak. Aku lebih nyaman jika kita bawa dia bersama ke rumah sakit."

"Aku khawatir dia ada apa-apa yang perlu penanganan dokter segera. Sudahlah cepat panggil ambulan!"

"Karena itu kau jangan banyak bicara, cepat pulang dan kita bawa nenek Catarina ke rumah sakit!"

Fahri langsung mengajak Misbah dan Paman Hulusi untuk pulang. Dalam perjalanan Fahri berpikir, kenapa Brenda harus menunggu dirinya. Biasanya orang Bule berpikir praktis saja. Mestinya Brenda langsung memanggil gawat darurat untuk membawa nenek catarina mendapatkan pertolongan medis. Kenapa malah menelpon dirinya?

Ia hanya merasa menolong nenek Catarina yang Yahudi itu seperti menolong neneknya atau bahkan ibunya sendiri. Sama-sama orang tua yang harus dihormati dan ditolong. Niatnya ibadah kepada Allah, semoga Allah menerimanya.

27 DENYAR-DENYAR KERINDUAN

Dengan sigap Fahri melarikan Nenek Catarina ke Musselburgh Primary Care Centre yang terletak di Inverest Road. Nenek Catarina yang masih pingsan itu langsung mendapatkan tindakan medis dengan sangat cepat. Nenek Catarina masuk ke kamar gawat darurat. Fahri, Paman Hulusi, Misbah dan Brenda menunggu di ruang tunggu.

"Sebelum pingsan kelihatannya nenek Catarina sempat muntah-muntah." Gumam Brenda dengan wajah cemas.

"Apa mungkin keracunan?"

Sahut Fahri dengan wajah menunduk.

"Entahlah, tapi makanan yang kalian kirim juga sup hangat yang aku berikan kepada nenek Catarina kulihat masih utuh, belum disentuhnya sama sekali,"

"Kenapa tidak disentuhnya ya? Apa tidak enak?"

"Entahlah."

"Kita doakan, Nenek Catarina selamat." Ujar Fahri. Nenek Catarina sudah tua, jalannya juga sudah susah. Meskipun demikian Fahri tetap mendoakan agar nenek Catarina selamat dan dapat disembuhkan.

"Amin." Lirih Brenda, Misbah dan Paman Hulusi.

Satu jam kemudian seorang dokter perempuan dengan muka tersenyum datang menghampiri Fahri.

"Tuan Fahri, Anda membawa nenek itu kemari tepat pada waktunya. Terlambat sepuluh menit saja mungkin nyawanya tidak tertolong. Sekarang dia sudah melewati masa kritis." Jelas dokter itu.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 237

0 komentar:

Posting Komentar