Ayat-ayat Cinat 2 - Bagian 178

Tak terelakkkan bahwa tadi selama pertunjukan ia memperhatikan penampilan tiga pemain biola itu. Keira, Hulya dan Madam Varenka. Dan tak terelakkan ia terhipnotis oleh penampilan Hulya. Karena satu hal, gestur dan gerak-geriknya yang mirip Aisha.

Ah, bagaimana itu bisa terjadi?

Kenapa ada dua orang yang bisa agak mirip seperti itu? Subhanallah.

Fahri jadi teringat cerita Aisha di malam-malam bulan madu yang indah di tepi sungai Nil dulu. Ketika itu Aisha bercerita tentang kehidupan ibu dan ayahnya. Aisha bercerita bagaimana ibunya yang lulusan terbaik Fakultas Kedokteran Universitas Istanbul mengambil beasiswa kuliah di Jerman. Dan di Jerman, sang ihu menerima lamaran konglomerat Jerman yang baru masuk Islam. Sang ibu menerima lamaran itu meskipun sang konglomerat itu sudah tua. Sang ibu menerima karena alasan ibadah dan dakwah. Konglomerat itu adalah orang yang nantinya jadi ayah kandung Aisha yaitu Rudolf Greimas Omar. Ibunda Aisha memiliki adik bungsu yang masih kecil bernama Sarah yang selisih umurnya dengan Aisha tidak begitu jauh. Aisha memanggilnya Bibi Sarah. Aisha cerita bahwa ketika sang ibunda wafat karena kecelakaan, Tuan Greimas, ayah Aisha, sangat terpukul. Beberapa waktu lamanya sang ayah tidak memiliki gairah hidup. Dan gairah hidup itu lahir kembali ketika sang ayah melihat Sarah yang saat itu sedang mekar-mekarnya menjadi seorang gadis. Sang ayah melihat bahwa Sarah sangat mirip dengan ibunda Aisha yang telah wafat. Sarah adalah ibunda Aisha yang menjelma lagi di dunia. Sang ayah melamar Sarah untuk diperistri tapi ditolak. Itu jadi awal petaka kehidupan ayah Aisha selanjutnya.

Fahri meraba-raba dirinya. Apakah ia sedang mengalami seperti yang dialami Tuan Greimas, ayah Aisha?

Fahri berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia sama sekali tidak boleh memiliki rasa tertarik kepada siapapun selain Aisha. Ia harus setia kepada Aisha. Fahri berusaha meyakinkan dirinya bahwa Hulya bukan Aisha. Ia bahkan seperti menghardik dirinya, "Jangan kurang ajar kamu, itu bukan Aisha! Hulya bukan Aisha!"

Fahri mengambil air wudhu, lalu tersungkur dalam rukuk dan sujud menangis kepada Allah. Selesai shalat ia berharap dapat istirahat dan tidur nyenyak, namun tiba-tiba sayup-sayup ia mendengar suara biola digesek. Sebuah nada sedih yang menyayat. Suara itu datang dari arah rumah Keira.

Suara nada biola itu kembali mengingatkan gesekan biola Aisha, sekaligus mengingatkan gesekan biola Hulya.

Laa haula wala quwwata illa billah!

Fahri bangkit dari duduknya diatas sajadah, ia ingin hanya mengingat Aisha. Namun Hulya juga datang. Fahri turun ke ruang tamu. Ia teringat biola itu ada di ruang tamu. Mungkin dengan sedikit memainkan nada yang dimainkan Aisha, nada Viva La Vida, ia bisa menepis bayangan Hulya dan hanya menghadirkan Aisha.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinat 2 - Bagian 178

0 komentar:

Posting Komentar