Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 181

"Bagaimana perkembangan sekolah bolamu, Jason?" Tanya Fahri sambil memperlambat larinya lalu berjalan biasa. Jason mengikuti langkah Fahri.

"Saya sangat menikmati. Di sekolah ini saya seperti menemukan siapa diri saya sesungguhnya. Saya sangat berterima kasih atas segala bantuanmu."

"Saya senang mendengarnya. Kau harus serius dan berprestasi. Saya ingin melihatmu tampil di Liga Premier."

"Saya janji kau akan melihatnya. Pekan depan akan ada pemilihan siapa-siapa yang akan masuk di Hibernian FC junior. Saya harus masuk."

"Bagus."

"Saya akan buktikan saya adalah pemain di atas rata-rata. Saya yakin nanti tim pencari bakat dari klub-klub besar Liga Premier akan menemukan saya."

"Saya senang mendengar kamu optimis."

Mereka berdua kemudian lari lagi pelan-pelan. Ketika sampai di belokan menuju Stoneyhill Grove. Fahri belok bersiap belok kanan. Sementara Jason pamit untuk melanjutkan olah raganya.

"Saya harus lari selama seratus menit. Ini baru tiga puluh menit. Saya harus berlatih keras melebihi teman-teman saya." Kata Jason sambil berlari meninggalkan Fahri. Jason sedikit mempercepat larinya. Fahri tersenyum melihat semangat Jason, adik Keira, yang sekolah bolanya ia biayai seratus persen. Jason sesungguhnya sangat tahu bahwa Keira saat ini juga dibiaya oleh Fahri, tapi Jason telah berjanji tidak akan membocorkan hal itu kepada Keira maupun ibunya. Kehidupan mereka bertetangga berjalan alamiah seperti biasanya.

Fahri berlari kecil melewati rumah nenek Catarina yang masih tertutup. Sampai di halaman rumahnya Fahri menghentikan larinya dan berjalan biasa. Ia mendengar suara Paman Hulusi yang keras seperti sedang memarahi seseorang, Fahri penasaran, ada apa dengan Paman Hulusi.

"Dasar perempuan tidak tahu diri! Tidak tahu etika! Perempuan jalanan murahan! Sudah ditolong diberi tempat malah kurang ajar!" Teriak Paman Hulusi dengan muka merah padam sambil memegang biola.

"Se... seka..li lagi maafkan sa..saya!" Sabina menunduk pasrah.

"Jangan berani-berani lagi menyentuh barang-barang di rumah ini tanpa ijin, ngerti'" Kecuali yang telah diijinkan kau sentuh! Kalau bukan karena baiknya Hoca Fahri, kau sudah aku lempar lagi ke jalanan ! Kau ingat, kau ditemukan Hoca Fahri tergeletak di jalanan sekarat seperti anjing penyakitan. Kau diobatkan sampai sembuh. Tidak hanya itu Hoca Fahri membawamu ke sini dan sedang menguruskan statusmu agar legal di negara ini. Sudah ditolong seperti itu masih tidak tahu diri! Dasar pengemis jalanan tidak tahu diri!"

Tubuh Sabina bergetar. Perempuan bermuka buruk itu terisak-isak.

"Oh kau bisa menangis juga?! Ayo menangis yang keras! Apa dengan menangis wajahmu akan berubah jadi cantik menawan sehingga aku akan berbelas kasih hah?!"

Sabina menutupi mukanya dan hendak melangkah pergi.

"Diam! Jangan pergi dulu, belum selesai aku marah padarmu!"

Sabina menghentikan langkahnya.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 181

0 komentar:

Posting Komentar