Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 182 | 22 PESTA KECIL TAK TERDUGA

Fahri membuka pintu tamu. Dan kaget melihat Sabina menangis terisak sambil menutupi mukanya. Sebagian kata-kata Paman Hulusi telah ia dengar.

"Ada apa Paman? Kenapa kau sedemikian marah pada Sabina?"

"Bagaimana tidak marah Hoca? Perempuan jelek ini, dengan tanpa ijin dia membuka tas biola dan memainkan biola kesayangan Aisha Hanem ini. Kurang ajar betul dia. Tidak tahu etika! Lancang!"

"Benar itu Sabina?" Pelan Fahri pada Sabina.

Sabina mengangguk. "Maafkan kelancangan saya."

Fahri mendesah. "Ya sudah. Jangan diulangi lagi. Ini barang kesayangan istri saya. Tidak boleh sembarangan dipakai orang. Sudah pergi sana, jangan menangis."

Sabina melangkah pergi dengan terisak. Air matanya deras mengalir di pipinya. Fahri melihat langkah Sabina sekilas. Ia paling tidak bisa melihat perempuan menangis. Meskipun ia tidak suka Sabina lancang memainkan biola kesayangan Aisha tanpa ijin, namun melihat perempuan berwajah buruk itu terisak menangis rasa ibanya terbit juga.

Sampai di kamarnya Sabina menangis terisak-isak. Perempuan berwajah buruk itu menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal di kasurnya. Ia merasakan keperihan tiada tara. Dan hanya dia yang tahu kenapa ia begitu perih dan merana. Kepada Tuhan ia mengadu agar gelap malam yang panjang dalam batinnya segera terkuat oleh fajar penentram jiwa.

Tasbih Nabi Yunus ia batin dalam dada bersamaan dengan isak tangisnya yang mengalir begitu saja. Laa ilaaha illa Anta subhaanaka inni kuntu minadh dhalimiin.

22 PESTA KECIL TAK TERDUGA

Siang itu matahari bersinar terang. Musim panas benar-benar terasa. Brenda berangkat kerja dengan pakaian serba minim dan terbuka. Nenek Catarina menggelar tikar dan berjemur di rerumputan di samping rumahnya.

Fahri berdiri di jendela kamarnya mengamati suasana. Ia melepas penat pikiran setelah menulis artikel ilmiah untuk sebuah jurnal ilmiah di Amerika. Dhuhur masih setengah jam lagi. Fahri bersiap hendak turun mengajak paman Hulusi ke Edinburgh Central Mosque sekaligus makan siang. Namun ujung matanya menangkap sebuah mobil sedan merah memasuki ujung jalan kawasan Stoneyhill Grove. Ia seperti mengenal mobil itu. Ia mengingat-ingat. Mobil itu berhenti tepat di halaman rumah Fahri. Samar-samar dari kaca depan mobil Fahri melihat perempuan muda berjilbab duduk memegang kemudi. Itu Heba. Ya benar, itu mobilnya Heba. Dada Fahri berdenyar ketika melihat gadis berjilbab yang duduk di samping Heba. Ia seperti tidak percaya.

Heba membuka pintu mobilnya dan keluar, diikuti gadis berjilbab di sampingnya. Itu Hulya. Ya, Hulya. Heba datang bersama Hulya. Bagaimana mereka bisa secepat itu akrab? Dua gadis berjilbab itu berjalan menuju pintu rumah. Fahri menghela nafas. Dalam hati ia bertanya, ada apa mereka datang siang-siang begini?

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 182 | 22 PESTA KECIL TAK TERDUGA

1 komentar:

  1. Saya makin yakin Sabina adalah Aisya. Ya, karena kecelakaan itu, wajahnya dan tubuhnya berubah. Suatu saat, Fahri aka tahu kalau Sabina dalah Aisya. Ya, kan Kang Abik?

    BalasHapus