Ayat-ayat Cinta 2 - bagian 184

"Perkembangan urusan legal formal Sabina bagaimana, Brother Mosa?"

"Alhamdulillah, lancar tidak ada masalah. Karena jaminan yang kita berikan sangat cukup dan dibantu pengacara-pengacara handal semua urusan lancar. Tiga hari lagi jadwal untuk membawa Sabina untuk wawancara dan pengambilan sidik jari. Nanti seorang pengacara bernama Rebecca Freedman akan mendampingi Sabina."

"Alhamdulillah."

"Kalau urusan administrasi sekolah Jason?"

"Semua beres."

"Alhamdulillah."

"Apa kau tidak berniat menikah Brother Mosa?"

"Kenapa kau tanyakan ini, Brother Fahri?"

"Saya lihat Anda pemuda yang berdedikasi, dan sudah saatnva menikah."

"Saya tentu saja ingin menikah, tapi belum berjumpa dengan jodoh yang tepat."

"Kalau ada yang tepat?"

"Dengan senang hati. Anda sendiri bagaimana, Brother Fahri? Apakah akan terus seperti ini? Maaf saya banyak mendapat cerita Anda dari Paman Hulusi. Sungguh saya ikut prihatin."

"Lelaki tua itu memang tidak bisa menjaga mulut."

"Saya rasa Paman Hulusi bukan tidak bisa menjaga mulut, dia hanya perlu teman bicara. Dan saya lihat dia juga pilih-pilih bercerita pada orang, tidak sembarang orang. Di tempat saya apa saja yang diceritakan Paman Hulusi inaya Allah aman."

"Terima kasih, Brother Mosa."

"Jadi Anda sendiri bagaimana? Anda belum jawab."

"Saya menunggu takdir terbaik dari Allah."

"Saya doakan, semoga Allah memberikan yang terbaik."

"Amin,"

Fahri melihat jam tangannya lalu pamit. Paman Hulusi sudah menunggu di mobil. Sepuluh menit kemudian mobil itu sudah tiba di halaman rumah Fahri. Paman Hulusi mengiringi Fahri masuk rumah sambil menenteng bungkusan makan siang. Dengan cekatan Sabina sadar gerakan, ia meminta bungkusan itu dan membawanya ke dapur. Perempuan bersuara serak dan berwajah buruk itu menata makanan di mangkok dan piring dengan rapi lalu menyajikan di atas ruang tamu.

"Silakan dimakan seadanya. Paman Hulusi, Sabina, sekalian makan bersama."

Sabina duduk di samping Hulya. Heba menyendok Nasi Biryani dan menumpahkan ke piringnya. Hulya mengikutinya. Mereka pun makan bersama dengan khidmat.

"Jadi apa keperluan kalian ke sini?" Tanya Fahri sambil mengunyah makanannya pelan-pelan.

"Saya hanya membantu mengantarkan Hulya. Setelah acara itu saya dan Hulya seperti jadi teman akrab. Hulya tanya saya apa tahu rumah Brother Fahri, saya jawab saya tahu. Dia minta diantar ke sini." Terang Heba dengan tenang.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - bagian 184

0 komentar:

Posting Komentar