Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 188

Keira pergi ke rumahnya mengambil biola. Dan siang itu suara biola mengalun dari halaman belakang rumah Fahri. Di bawah hangat sinar mentari dua orang gadis memainkan biola dengan anggun dan indah. Pesta kecil tanpa disengaja tercipta di halaman belakang yang asri itu. Jason tampak bahagia kakak perempuannya telah kembali ceria. Fahri cemburu bahwa biola itu dimainkan oleh Hulya bukan Aisha, tapi ia tidak bisa menolaknya. Sementara Sabina hanya diam menikmati alunan biola itu dengan kedua mata berkaca-kaca.

•••

Kereta cepat itu mulai melambat mendekati stasiun Kings Cross, London. Sebagian besar penumpang sudah bersiap untuk turun. Seorang wanita muda berambut pirang berkaca mata tampak mematikan laptopnya dan memasukkan ke dalam tasnya. Perempuan itu melihat jam tangannya. Ibu-ibu setengah baya yang duduk di sampingnya sudah menurunkan barang bawaannya yang ia letakkan di tempat bagasi di atas kepala. Beberapa orang sudah berjalan ke arah tempat koper dan bersiap menenteng kopernya.

Fahri masih terlelap. Paman Hulusi sengaja membiarkan majikannya tetap terlelap. Tepat pukul 18.24 kereta itu berhenti. Sangat presisi hanya hergeser satu menit lebih lambat dari jadwal yang tertulis di tiket. Orang-orang mulai keluar dari kereta satu persatu. Barulah paman Hulusi membangunkan Fahri.

"Kita sudah sampai London, Hoca. Saatnya turun."

Fahri bangun dari tidurnya.

Mengucek kedua matanya. Tak lama seluruh kesadarannya telah pulih. Fahri membenahi jas santainya dan meraba kantong jaketnya untuk memastikan bahwa ponselnya ada di tempatnya. Ia lalu berdiri dan melangkah keluar kereta. Paman Hulusi mengikuti sambil menenteng tas bawaan Fahri. Mereka berdua mengikuti arus manusia ke arah pintu keluar salah satu stasiun kereta paling terkenal di London itu.

Sekilas Fahri melihat panorama di dalam stasiun itu. Ia harus mengakui bahwa King Cross salah satu stasiun yang indah di daratan Inggris. Bangunan lama masih dijaga keasliannya ditambah dengan bangunan baru dengan langit-langit yang terkesan modern dan indah. Langit-langit itu disinari lambu biru keunguan yang menawan.

Fahri mempercepat langkah. Ponselnya berbunyi ia lihat. Sebuah pesan masuk. Dari Ozan.

"Saya menunggu di Prezzo Cafe". Pesan Ozan.

Fahri berjalan sambil melihat-lihat deretan cafe dan toko di stasiun yang ada di jantung kota London itu. Akhirnya ketemu. Prezzo Cafe itu ada di lantai atas. Fahri dan paman Hulusi bergegas di kesana. Ozan tampak duduk sendirian di pojokan cafe sambil menatap layar laptopnya sementara di samping laptopnya tampak secangkir teh dan roti kering.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 188

0 komentar:

Posting Komentar