Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 183

Terdengar bel berdenting-denting. Lalu sejurus kemudian pintu herderit dibuka. Suara Paman Hulusi mernpersilakan dua gadis itu duduk. Lalu langkah paman Hulusi menaiki tangga yang terbuat dari kayu. Pintu kamar kerja Fahri diketuk. Fahri kembali menghela nafas dan mempersilakan Paman Hulusi masuk.

"Hoca, ada nona Heba dan nona Hulya berkunjung?"

"Saya baru saja mau mengajak Paman Hulusi ke masjid untuk shalat dhuhur."

"Jadi bagaimana Hoea?"

"Katakan pada mereka apa mereka berkenan menunggu kita shalat dhuhur di masjid. Mereka bisa shalat dhuhur di rumah."

"Kalau mereka tidak bisa?"

"Tanyakan saja inti mereka datang mau apa, lalu suruh pulang."

"Suruh pulang?"

"Iya"

"Apa itu tidak keterlaluan Hoca?"

"Apa keterlaluannya? Seandainya mereka mengetuk pintu terus tidak kita ijinkan masuk juga tidak apa-apa. Mereka datang di waktu yang kurang tepat. Juga tidak ada janji."

"Apa sebaiknya tidak Hoca temui dulu?"

"Sabina ada?"

"Ada. Minta Sabina siapkan minum dan temani mereka. Paman siap-siap, kita segera keluar untuk shalat dhuhur. Saya mau jadi tuan rumah yang baik memuliakan tamu, semoga mereka bisa jadi tamu yang baik. Sampaikan kepada mereka, waktu shalat dhuhur sebentar lagi datang mereka diminta menunggu, kita mau shalat dhuhur dulu."

"Baik Hoca, saya akan sampaikan."

Paman Hulusi keluar dari kamar itu dan turun ke ruang tamu menyampaikan semua pesan Fahri. Pelan Fahri rnendengar suara Heba yang menjelaskan dia bisa mengerti dan bisa menunggu sampai selesai shalat dhuhur, kebetulan ia punya cukup waktu. Fahri mengambil air wudhu lalu berkemas dan turun ke bawah.

Fahri sampai di ruang tamu ketika Sabina menyuguhkan jus orange kepada dua tamu itu. Fahri mempersilakan tamunya untuk minum dan menunggu ditemani Sabina. Ia dan Paman Hulusi akan ke masjid dulu.

"Silakan kami akan menunggu." Jawab Heba sambil tersenyum.

"Kalau mau shalat di sini bisa. Biar Sabina yang siapkan tempatnya." Kata Fahri.

Sabina mengangguk.

"Ya baik." Jawab Heba lagi.

Fahri dan Paman Hulusi lalu bergegas ke Edinburgh Central Mosque dengan mobil SUV BMW putih. Mereka sampai di dalam masjid, tepat ketika imam mengucapkan takbiratul ihram. Selesai shalat Fahri tidak jadi makan siang di kantin masjid.

"Kita langsung pulang Hoca?"

"Iya. Tapi lewat resto dan minimarket Agnina Minimarket. Saya mau bicara dengan Brother Mosa sebentar sekalian pesan makan siang untuk tamu-tamu kita."

"Baik Hoca."

Paman Hulusi mengendari mobil SUV putih itu meninggalkan jantung kota Edinburgh ke arah timur menuju Musselburgh. Sampai di tempat parkir Agnina Fahri langsung menemui Mosa sementara Paman Hulusi pesan enam bungkus makanan untuk dibawa pulang.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 183

0 komentar:

Posting Komentar