Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 180

"Kalau mau dia bisa satu kamar dengan Sabina di bawah. Atau dibuatkan kamar di bawah di samping kamar Sabina."

"Jangan Paman!"

"Kenapa?"

"Jangan, saya khawatir nanti timbul fitnah. Itu yang pertama. Yang kedua, jika dia tinggal di bawah itu terlalu sederhana buat dia. Biar nanti kita bantu mencarikan tempat tinggal yang pas buat dia. Heba mungkin bisa membantu."

Paman Hulusi mengangguk-angguk.

"Sekarang dia tinggal di mana Hoca?"

"Dalam satu pekan ini dia menginap di hotel."

"Saya tiba-tiba terbersit sebuah pemikiran Hoca."

"Apa itu Paman?"

"Tapi sebelumnya Hoca jangan marah ya kalau pemikiran saya tidak berkenan."

"Saya tidak akan marah Paman. Itu kan cuma pemikiran!"

"Saya terbersit begini. Itu Hulya kan mirip dengan Aisha Hanem. Bagaimana kalau Hoca lamar saja pada Tuan Ali Akbar? Saya yakin lamaran Hoca tidak akan ditolak."

Fahri tersentak dan berusaha menguasai dirinya agak kekagetannya tidak diketahui Paman Hulusi.

"Pikiranmu ngawur itu Paman. Saya tidak akan menggantikan Aisha dengan siapapun. Sudah jangan berpikir yang macam-macam."

"Maafkan saya, Hoca,"

"Masih ada waktu untuk tahajud sebelum shubuh datang. Tolong biolanya dikemasi. Saya naik dulu."

Fahri berdiri dan bergegas naik ke kamarnya. Paman Hulusi memasukkan biola dan busur penggeseknya ke dalam wadahnya lalu meletakkan di atas bufet yang ada di ruang tamu. Setelah itu Paman Hulusi mengambil air wudhu dan kembali ke kamarnya.

Sementara itu di anak tangga dekat dapur, dalam kegelapan, Sabina mendengar pembicaraan Fahri dan Paman Hulusi dengan air mata meleleh. Tak ada yang tahu perempuan itu menangis dalam kegelapan. Dan tak ada yang tahu kenapa ia menangis. Hanya Tuhan dan dirinya yang tahu kenapa air matanya berderai dalam isak yang tertahan.

•••

Pagi itu usai shalat shubuh, Fahri berlari-lari kecil mengelilingi komplek Stoneyhill. Ia ingin menghirup udara segar sambil olah raga menjaga kesehatan diri. Jalanan masih sepi. Pada pagi hari musim panas seperti penduduk Edinburgh dan sekitarnya masih banyak yang terlelap dalam mimpi. Bis kota sudah mulai beroperasi, namun tampak kosong. Sepanjang jalan Fahri hanya berpapasan dengan segelintir orang.

Di jalanan mendekati Stoneybill Grove Fahri berjumpa dengan Jason yang juga sedang olah raga. Jason lari dari arah yang berbeda dengan Fahri. Penampilan Jason kini tampak lebih teratur dan rapi dibandingkan dahulu. Dengan sangat ramah Jason menyapa Fahri dan berlari mensejajari Fahri.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 180

0 komentar:

Posting Komentar