Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 179

Fahri menyalakan lampu ruang tamu. Kamar Paman Hulusi dan kamar Misbah tampak tertutup. Keduanya mungkin sedang terlelap dalam tidurnya. Malam di awal musim panas semakin pendek. Fahri melihat biola yang tergeletak di atas meja ruang tamu. Fahri membuka wadanhya dan mengeluarkan biola itu.

Pelan-pelan ia menggesek biola itu. Ia membayangkan bagaimana dulu Aisha mengajarinya menggesek biola itu. Fahri menjaga agar suara biolanya itu tidak terlalu keras, Fahri memasuki nada Viva La Vida. Fahri hanyut dalam nada-nada biola yang digeseknya. Air mata Fahri meleleh, ia meratapi dirinya sendiri. Semestinya di keheningan malam itu ia tidak memainkan biola, semestinya ia istirahat atau larut dalam dzikir kepada Allah. Tapi itulah kenyataan yang di hadapinya. Bayangan Hulya seperti memburunya. Dan ia telah berjuang semampunya untuk mengenyahkan bayangan itu.

Fahri memejamkan kedua matanya. Ia hanyut dalam nada-nada biola yang digeseknya. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa seseorang telah berdiri tak jauh di tempatnya berdiri. Ketika Fahri selesai memainkan biolanya orang itu mendekat.

"Dia sungguh mirip Aisha Hanem ya Hoca?"

Fahri kaget. Ia melihat ke asal suara.

"Paman Hoca. Maaf! kalau saya mengganggu tidur Paman."

"Tidak apa-apa Hoca. Saya bisa mengerti kalau Hoca tidak bisa tidur. Itu pasti karena dia. Iya kan?"

"Dia siapa?"

"Gadis berjilbab yang memainkan biola Aisha Hanem. Hulya. Saya melihatnya sangat mirip Aisha Hanem, meskipun tidak persis. Tinggi-tingginya. Ramping-rampingnya. Cara jalannya. Binar wajahnya. Mirip Aisha Hanem. Iya kan Hoca."

Fahri mendesah. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa jawaban atas pertanyaan Paman Hulusi itu adalab "iya." Namun mulutnya seperti terkunci untuk menjawabnya. Rasa malunya yang membuat mulutnya seperti terkunci. Fahri hanya mendesah.

"Apakah nona Hulya akan lama di sini, Hoca? Sama siapa dia ke sini? Untuk apa dia ada di Edinburgh ini?"

"Dia kesini sendiri. Dia sudah ke London menjumpai Ozan, kakaknya. Ozan tidak bisa menemani ke Edinburgh karena dia ada banyak urusan penting. Di restaurant tadi, Hulya cerita dia akan ambil master di The University of Edinburgh."

"Berarti akan lama di sini. Semoga keberadaannya tidak mengganggu ketenangan Hoca yang saya lihat sudah mulai bisa melupakan Aisha Hanem."

"Saya tidak pernah melupakan Aisha, Paman." Desah Fahri.

"Oh maaf, saya salah bicara. Maksud saya, Hoca sudah mulai tenang menata hidup di sini."

"Apakah Hulya sudah punya tempat tinggal tetap Hoca?"

"Itulah Paman. Dia sempat minta tolong dicarikan tempat. Malah sempat bilang kalau boleh ikut tinggal di sini, jika memungkinkan juga tidak mengapa katanya. "

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 179

0 komentar:

Posting Komentar