Ayat - Ayat Cinta 2 - Bagian 177

"Dengar Keira sekali lagi dengar cara berpikirmu itu sangat tidak fair! Kalau karena ulah segelintir orang lalu orang lain harus memikul dosanya sangat berbahaya! Kalau karena ulah Hitler terus dunia menuduh semua kaum kristiani sekejam Hitler maka itu sangat tidak Fair! Itu berbahaya!"

"Iya Nyonya, maafkan saya!"

"Saya ingin melihat sikap positifmu. Dalam tiga hari ini kalau tidak ada sikap positif itu maka terpaksa program membiayai kamu saya batalkan. Sekali lagi saya punya wewenang penuh di sini."

"Sikap positif apa yang barus saya tunjukkan?"

"Kau sudah dewasa, berpikirlah! Silakan kau tinggalkan ruangan ini. Jujur saya sangat tidak nyaman berinteraksi dengan seorang pembenci seperti kamu!"

"Nyonya ... "

"Sudahlah pergilah, kau ada kesempatan tiga hari!"

Keira bangkit dari kursinya, meraih biolanya dan pergi meninggalkan ruangan itu dengan kepala tertunduk. Sebelum meninggalkan pintu gadis itu sempat menengok wajah Nyonya Suzan yang masih tampak kecewa.

Keira keluar dari butik dan berjalan kaki ke arah barat menyusuri Queen Street. Ia lalu belok kiri ke arah Princes Street. Sambil melangkahkan kaki sesekali Keira menyeka air matanya. Dadanya terasa sesak setiap kali mengingat kematian ayahnya yang tragis. Kenapa ada orang sedemikian jahat. Berita-berita di media yang ia baca tentang ektremis muslim berkelebatan di kepalanya. Ia ingin berteriak bahwa ia berhak untuk membenci. Apa salahnya membenci ektremis yang kejam? Kalau mereka tampak manis dan tampak bersahabat itu hanya sandiwara saja. Mereka semua sama. Tetapi ia teringat kata-kata Nyonya Suzan, "Dengar Keira, cara berpikirrnu itu sangat berbahaya ...!"

Keira sampai di halte bus depan Mercure Hotel, Princes Street, yang terletak tak jauh dari Scott Monument. Sebuah bus merah siap berjalan, tapi itu bukan menuju tempat yang ia tuju. Keira melihat jadwal. Bus ke Musselburgh sudah lewat lima belas menit yang lalu dan itu bus terakhir. Berarti ia harus pulang pakai taksi.

Keira berjalan menuju Scott Monument. Gadis itu masuk ke Princess Garden dan duduk di kursi panjang kosong tak jauh dari Scott Monument. Sambil duduk ia berpikir tentang apa yang selama ini telah ia lakukan kepada tetangganya yang muslim. Satu sisi dari pikirannya didukung kelebatan berita-berita di media seperti bersorak memberikan selamat atas apa yang ia lakukan. Namun kata-kata Nyonya Suzan seperti menyadarkan sisi nuraninya yang lain.

Apa salah tetangganya bernama Fahri itu sampai ia benci sedemikian rupa. Padahal Fahri baru datang beberapa tahun setelah ayahnya meninggal? Fahri tampak terdidik dan ramah. Ia dosen di The University of Edinburgh. Dan selama ini selalu berusaha bersikap akrab dengan semua tetangga. Bahkan bisa sangat akrab dengan nenek Catarina dan Brenda. Kenapa ia curiga padanya dan melekatkan label ekstrimis dan teroris pada kening tetangganya itu sehingga harus terus ia benci?

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat - Ayat Cinta 2 - Bagian 177

0 komentar:

Posting Komentar