Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 172 | Air Mata Sabina

21
AIR MATA SABINA


Acara pertunjukan amal di Royal Mile itu sukses besar. Fahri sendiri tidak menyangka ia bisa menggesek biola cukup baik sore itu. Jika menggesek biola adalah berdosa semoga Allah mengampuni. Namun Fahri ikut pendapat Ibnu Hazm Al Andalusi yang membolehkan memainkan musik selama tidak untuk maksiat dan tidak berefek maksiat.

Nada Viva La Vida dan Addinu Lana bisa ia persembahkan di jantung kota budaya dan festival elit dunia itu dengan baik. Dan beruntunglah bahwa Keira, Madam Varenka, perempuan berjilbab yang ternyata adalah Hulya memainkan biola dengan sangat cantik dan bercita rasa tinggi.

Tak ayal donasi untuk anak-anak Palestina mengalir deras.

Kotak-kotak amal yang disiapkan itu sebagian besar penuh. Terutama yang bertuliskan "Islam", "Christian" dan "Catholic". Beberapa hari sebelum pertunjukan amal itu, Fahri telah berkoordinasi dengan masjid dan tokoh-tokoh muslim yang ada di Edinburgh, juga beberapa lembaga kemanusiaan yang bergerak untuk anak-anak.

Tuan Tahir dan keluarganya ternyata datang menyaksikan aksi pertunjukan penggalangan dana itu. Ju Se juga datang. Orang-orang yang biasa shalat jama'ah di Edinburgh Central Mosque banyak yang datang. Di tambah ratusan bahkan mungkin ribuan turis yang menyaksikan pertunjukan itu, maka acara itu benar-benar sukses besar.

Dengan kotak-kotak bertuliskan nama-nama agama, ternyata cukup memantik kecemburuan para pemeluknya. Perlombaan kebaikan tercipta. Ketika kotak bertuliskan agama tertentu tampak penuh, pemeluk agama lain tidak mau kalah, ia tidak mau kotaknya tampak merana. Lembar demi lembar, koin demi koin poundsterling mengalir ke kotak-kotak itu.

Ide penulisan nama agama itu memang Fahri yang mencetuskan. Ia teringat kreatifitas seorang pengamen di kola Brussel. Pengamen itu duduk tak jauh dari Manneken Pis, dengan bermodal harmonika kecil dan kaleng-kaleng bertuliskan nama-nama agama, ia memainkan harmonikanya. Setiap turis yang lewat melempar koin sesuai nama agamanya. Seolah pengamen itu menantang, ayo pemeluk agama mana yang paling dermawan? Dan yang terjadi, strategi pengamen itu sangat jitu. Kaleng-kalengnya penuh koin dan lembaran uang euro.

Paman Hulusi mengemasi panggung. Misbah dan Brother Musa mengamankan kotak-kotak berisi uang. Mereka berdua diamanahi Fahri untuk menghitung hasil pertunjukan amal itu dan menyalurkannya lewat lembaga kemanusiaan resmi yang telah digandeng. Sementara Fahri mengajak Hulya, Keira, Madam Varenka, Nyonya Suzan, Ju Se dan keluarga Tuan Tahir untuk berbincang-bmcang di Bay of Bengal Indian Restaurant.

"Saya yang traktir." Kata Fahri.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 172 | Air Mata Sabina

0 komentar:

Posting Komentar