Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 170

Pada saat itu Nyonya Susan tiba di lokasi itu diiringi Madam Varenka dan Keira. Mereka bertiga langsung mendekat ke panggung. Madam Varenka dan Keira tampak menenteng biola. Madam Varenka langsung menyiapkan biolanya. Keira agak ragu ketika tahu bahwa yang sedang berdiri di atas panggung adalah Fahri tetangganya.

Fahri masih asyik masyuk dengan Addiinu Lana. Madam Varenka yang memiliki kejeniusan musik langsung menyambung sayatan dan nada-nada biola Fahri. Sayatan biola Madam Varenka menambah tajam nada-nada kesedihan yang tercipta.

Keira berperang dengan batinnya. Namun Nyonya Suzan berhasil meyakinkan Keira untuk segera bergabung. Di atas panggung Fahri dan Madam Varenka sudah berduet dengan anggun. Sejurus kemudian Keira ikut serta. Kini panggung kecil itu diisi tiga pemain biola. Fahri di tengah, Madam Varenka di sebelah kanan dan Keira di sebelah kiri. Nada-nada Addiinu Lana terasa menggema dahsyat, Fahri melantunkan syairnya dengan nada yang membetot jiwa.

Ratusan turis itu tersyihir. Sebagian besar meneteskan air mata.

Dan ketika Fahri mengakhiri gesekan biolanya, tepuk tangan gemuruh membahana. Misbah mengusap kedua matanya yang basah. Demikian juga Paman Hulusi dan Sabina.

"Ladies and gentlemen, ketahuilah saya Varenka. Saya seorang Yahudi. Tapi saya tidak setuju dengan apa yang dilakukan Zionis Israel di Palestina. Khususnya apa yang mereka lakukan pada anak-anak Palestina. Karena itu saya bangga sekali bisa ikut andil dalam pertunjukan amal ini. Saksikan, saya sumbang lima ratus pounsterling untuk anak-anak Palestina!"

Madam Varenka turun dari panggung dan meletakkan lima lembar seratusan poundsterling ke kotak bertuliskan "Jewish". Tepuk tangan membahana. Orang-orang lalu beramai-ramai mengisi tujuh kotak itu dengan teratur.

Madam Varenka sudah naik lagi di atas panggung. Ia berbisik pada Fahri, "Apa lagi yang mau dimainkan?" Keira mendekat ingin tahu apa yang dibicarakan Madam Varenka.

"Tersereh kalian berdua. Saya ikut. Jujur, sesungguhnya saya tidak ahli main biola." Lirih Fahri.

"Tapi yang baru saja Anda mainkan bagus." Gumam Madam Varenka

"Hanya itu yang saya bisa."

"Anda terlalu merendah."

"Saya tidak merendah. Saya bicara jujur. Jadi selanjutnya saya ikut kalian berdua saja." Lirih Fahri.

"Bagaimana kalau kita mainkan Mendelssohn? Supaya mereka terpuaskan dengan permainan biola klasik berkelas." Usul Keira.

"Boleh saya, ikut." Tukas Fahri.

Mereka bertiga sepakat. Keira memulai gesekan biolanya bersama Madam Varenka. Fahri tergagap, ia mencari-cari selah. Ia tidak menemukan. Nada gesekan Keira dan Madam Varenka begitu singkron. Dalam lima belas ketukan, tepuk tangan gemuruh terdengar dari penonton. Dua pemain biola itu tampil memukau di atas panggung. Fahri sesekali menggesek biolanya, tapi gesekannya membuat nada Mendelssohn jadi sedikit rusak. Karena itu Fahri memutuskan tidak menggesek biolanya. Ia diam seolah menggesek padahal tidak.


(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 170

0 komentar:

Posting Komentar