Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 171

Seorang gadis berjilbab, berwajah putih naik ke panggung dan mendekati Fahri. Gadis itu dengan isyarat meminta agar dia menggantikan Fahri. Dengan tenang Fahri memberikan biolanya kepada gadis itu. Fahri lalu turun dari panggung. Gadis itu dengan cepat menyesuaikan diri dan menggesek biolanya mengikuti nada yang dimainkan Keira dan Madam Varenka. Dan tampak sekali gadis berjilbab anggun itu begitu piawai. Kualitas biola Fahri yang bagus itu di tangan gadis itu melahirkan alunan musik yang menawan. Di panggung tiga perempuan itu seumpama tiga malaikat sedang memainkan musik di jantung kola Edinburgh.

Selesai memainkan Mendelssohn, gadis berjilbab itu menyambung dengan nada sedih My Heart Will Go On. Seketika dalam tiga ketukan tepuk tangan membahana. Tiga pemain biola itu langsung menyayat-nyayat hati para penonton dan membawa mereka pada tenggelamnya kapal Titanic. Alunan nada itu seolah mengingatkan bahwa apa yang terjadi di Palestina jaub lebih tragis dan menyedihkan dibandingkan dengan tenggelamnya kapal Titanic itu.

Paman Hulusi melangkah meletakkan dua ribu pounsterling ke kotak "Islam". Paman Hulusi sengaja meletakkan satu lembar demi satu lembar. Apa yang dilakukan Paman Hulusi di lihat banyak orang. Hal itu memancing yang lain untuk mengisi ke kotak sesuai dengan keyakinannya.

Setelah itu tiga lagu kesedihan mereka mainkan. Keira, Madam Varenka dan gadis anggun berjilbab itu benar-benar telah menyihir Edinburgh sore itu. Pertunjukan itu telah menyedot ribuan penonton. Banyak diantara turis yang mengabadikan momen itu dengan merekamnya. Puluhan wartawan diam-diam meliput acara itu.

Acara itu sukses besar. Selesai acara gadis berjilbab itu menyerahkan kembali biola itu kepada Fahri yang berdiri tak jauh dari Paman Hulusi dan Sabina.

"Sepertinya Anda berasal dari Turki?" Tanya Paman Hulusi.

"Benar."

"Terima kasih atas penampilan Anda yang luar biasa." Kata Fahri

"Tidak perlu berterima kasih atas sebuah kewajiban. Biola ini bagus sekali, Hoca Fahri." Jawab gadis itu.

"Anda tahu nama saya?"

"Iya Hoca Fahri. Sangat tahu. Bahkan saya sangat tahu siapa pemilik biola itu sesunggubnya. Dia perempuan berhati lembut yang menjadi idola saya."

"Siapa Anda, kalau saya boleh tahu?"

"Ah masak Hoca tidak kenal saya?"

"Sungguh, siapa Anda?"

"Saya Hulya."

"Hulya?"

"Benar."

"Hulya keponakan Aisha?"

Gadis Turki berjilbab itu mengangguk.

Setetes embun sejuk seperti menetes dalam dada Fahri.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 171

0 komentar:

Posting Komentar