Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 198

Memang membersamai Syaikh Utsman adalah sebuah kenikmatan. Selalu membangkitkan semangat untuk beramal shalih. Semangat untuk membaca Al Qur'an sebanyak-banyaknya. Semangat untuk berdzikir. Semangat untuk tidak lelah berjuang di jalan Allah. Membersamai Syaikh Utsman selalu saja menjadi koreksi bagi dirinya. Betapa malunya akan segala kekurangan ibadahnya selama ini. Syaikh Ustman sendiri tidak pernah mengoreksi dirinya tentang amal ibadahnya. Tetapi dengan melihat wajah Syaikh Utsman dengan berjalan bersamanya tanpa ada yang meminta ia langsung menjadikan Syaikh Utsman sebagai cermin. Dan ia selalu malu dalam hati kepada diri sendiri, kepada Allah, dan kepada Syaikh Utsman bahwa ia belum beribadah secara maksimal. Jika saja Paman Eqbal tidak membangunkan dirinya, mungkin ia masih saja terlelap di kasur. Bahkan tidak mustahil kehilangan shalat shubuh pada waktunya.

Tiba-tiba ia istighfar, ia lupa membangunkan Paman Hulusi. Fahri sedikit menjauh dan melambatkan langkah. Ia merogoh saku jaket tipisnya dan mengambil ponselnya. Ia memanggil Paman Hulusi. Ia berharap ponsel Paman Hulusi aktif. Alhamdulillah panggilannya diterima. Sementara Syaikh Ustman, Paman Eqbal dan Yasmin terus berjalan. Central Mosque London sudah ada di hadapan.

"Bangun Paman, shalat shubuh. Saya dan Syaikh Utsman menuju masjid. Jika masih terkejar Paman ke masjid ya, nyusul!"

"Hoca, alhamdulillah saya sudah ada di masjid."

"Kenapa Paman tadi tidak bangunkan saya?"

"Ini saya baru mau telpon Hoca untuk membangunkan Hoca, tapi Hoca sudah duluan telpon saya."

"Ya sudah."

Fahri mengevaluasi dirinya lagi. Ia mendesah sedih, bahkan ia kalah cepat dengan Paman Hulusi untuk bangun dan pergi ke masjid. Laa ilaaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadhdhalimin.

Mereka masih sempat shalat sunnah dua rakaat, sebelum muadzin mengumandangkan iqamat shalat shubuh. Fahri kembali diminta untuk menjadi imam, tapi Fahri tidak mau, Fahri bilang kepada Syaikh Utsman,

"Sudah bertahun-tahun saya tidak mendengar suara Syaikh membaca Al Qur'an dalam shalat. Saya rindu mendengarnya."

Syaikh Utsman akhirnya mengimami. Suaranya berwibawa, tartil dan merasuk ke dalam hati. Hampir mirip suara Syaikh Mahmoud Khushari. Fahri begitu menikmati bacaan gurunya itu. Sepanjang shalat itu masalah Yasmin benar-benar terlupakan. Ia begitu menikmati Syaikh Utsman membaca surat "Qaaf" pada rakaat pertama dan "Iqtarabatis saa'ah." pada rakaat kedua. Syaikh Utsman membaca dua surat itu dari awal sampai akhir. Agak panjang. Namun tidak terasa panjang karena indahnya suara tartil yang dihadirkan Syaikh Ustman.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 198

0 komentar:

Posting Komentar