Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 199

Selesai shalat Shubuh, Syaikh Utsman tenggelam dalam dzikirnya. Cukup lama Fahri menunggu Syaikh Utsman. Namun gurunya itu tetap saja tidak beranjak dari duduknya. Ia ingat salah satu kebiasaan Syaikh Utsman adalah setelah shubuh tidak meninggalkan masjid sampai datang waktu dhuha. Ia jadi tertarik apakah kebiasaan itu juga tetap dilanggengkan gurunya bahkan ketika dalam kondisi safar di luar negeri seperti sekarang ini. Fahri akhirnya beranjak mengambil tempat agak di pojok. Dosen The University of Edinburgh itu pun mulai membaca dzikir pagi lalu memuraja'ah hafalan Al Qur'annya.

Paman Eqbal dan Paman Hulusi pamit duluan pulang ke hotel. Syaikh Ustman masih duduk menghadap kiblat dan Fahri sudah hampir khatam sural Al Saffat. Fahri mengulang hafalannya dengan memejamkan mata. Sudah empat surat ia baca. Ketika ia mulai membaca surat Sad, ia merasa seseorang menyentuh pundaknya. Ia membuka kedua matanya, Syaikh Utsman telah duduk di hadapannya, Fahri menyempurnakan membaca lima ayat lalu menyudahinya.

"Sudah Dhuha, aku mau bicara denganmu Anakku."

"Iya Syaikh."

"Ini hari terakhirku ada di Inggris ini, besok aku harus balik ke Mesir,"

"Iya Syaikh." Jawab Fahri dengan dada bergetar. Ia tidak tahu harus menjawab apa terkait Yasmin.

"Kau bersiap-siaplah sibuk."

"Sibuk apa Syaikh?"

"Sibuk mengajar Al Qur'an. Kau sedikit dari muridku yang khatam hampir semua pelajaran dariku. Sanad qira'ah sab'ah juga sudah kau miliki. Aku sudah bicara dengan para imam di Inggris Raya ini, terutama yang berasal dari Arab dan Afrika agar yang ingin mengambil qira'ah sab'ah bisa mengambil darimu."

"Tapi Syaikh, saya ... "

"Tidak ada kata tapi. Khairukum man ta'allamal Qur'ana wa 'allamah.1 Kau tidak boleh melupakan hadits itu sedetikpun! Aku sudah tua. Umurku sudah masuk delapan puluh tahun. Mungkin tak lama lagi ajal akan menjemputku. Aku ingin ilmu yang kau pelajari dariku tidak berhenti di kepala dan dadamu, tapi harus menyebar. Aku sudah banyak mendengar tentangmu dari Eqbal. Aku bahagia kau menulis karya ilmiah di jurnal-jurnal internasional. Juga menulis buku. Teruskanlah! Itu namanya ta'liful kutub. Menyusun kitab. Mencetak buku. Boleh dikatakan kau sudah berhasil. Aku bahkan melihat kau layak mengajar di Oxford. Seperti orang sedang antri kau sudah berada di jalur antrian yang tepat. Sekarang saatnya kau melakukan ta'lifur rijal. Menyusun generasi! Mencetak generasi! Ilmu yang kau pelajari dari para ulama itu tidak boleh berhenti dalam dirimu saja. Ingat air jika berhenti mengalir maka air itu akan rusak. Air itu sehat jika ia mengalir. Kau harus alirkan Ilmumu. Itu wasiatku, wasiat guru yang sangat mengasihimu!"

1. Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 199

0 komentar:

Posting Komentar