Ayat-ayat Cinta 2- Bagian 202

"Apa yang dikatakan Paman Eqbal benar. Kalau perlu bantuan apa-apa jangan segan dan malu. Hati-hati di jalan." Fahri menguatkan.

"Terima kasih. Kalau ada acara di Durham silakan beri tahu saya, siapa tahu saya bisa datang. Atau saya bisa membantu. Sekali lagi terima kasih. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Yasmin bergegas meninggalkan Fahri dan Paman Eqbal. Langkahnya tampak terburu. Sesekali ia melihat jam tangannya. Fahri menghela nafas. Hatinya merasakan kelegaan sekaligus sedikit keperihan. Lega karena ia terbebas dari beban barus memilih Yasmin, namun sedikit perih. Yah perih, dari relung hati paling dalam ia harus mengakui, Yasmin adalah taman bunga yang indah dan suci, baunya harum semerbak, di dalamnya penuh keberkahan, dan ia urung mendapatkannya.

Tragisnya, Yasminlah yang menolaknya. Itu membuat dirinya merasa harus introspeksi. Mungkin, memang ia tidak layak bersanding dengan Yasmin. Tidak sepadan. Tidak kufu. Yasmin dari keluarga yang silsilah nasabnya sedemikian harum, sementara dirinya hanyalah anak seorang petani dan penjual tape keliling. Kakek Yasmin adalah Syaikh Utsman, ulama besar Mesir, sementara kakeknya hanyalah petani desa yang lebih taat ibadahnya ketika tiba usia senjanya.

"Sudah jangan disesali. Belum jodoh! Ayo kita kembali ke hotel!" Kata-kata Paman Eqbal menyadarkan perenungannya.

"Tak ada yang saya sesali Paman. Ini mungkin jalan terbaik yang digariskan oleh Allab." Sahut Fahri.

"Syukurlah kalau begitu."

Keduanya melangkah keluar bandara. Mereka lalu berjalan kaki kira-kira sepuluh menit sampai menjumpai sebuah kafe. Ozan duduk di dalam kafe sedang asyik berbincang dengan seseorang. Ozan ikut mengantar Syaikh Utsman tapi pamit tidak sampai menyertai sampai masuk ke dalam bandara karena ada janji dengan kolega. Ozan memperkenalkan koleganya kepada Fahri dan Paman Eqbal. Begitu Fahri duduk dan memesan minuman, ponsel Fahri berdering. Ia lihat di layar, dari Brother Mosa.

"Iya Brother ada apa?"

"Ini tentang Sabina, Tuan Fahri."

"Ada apa dengan Sabina."

"Sabina tidak bisa meneruskan proses legal hukumnya, Tuan Fahri."

"Kenapa? Ada masalah apa lagi?"

"Dia tidak bisa wawancara dan diambil sidik jarinya."

"Kenapa tidak bisa?"

"Dia mengalami kecelakaan. Sudah saya lihat, kondisinya agak buruk. Terutama kedua tangannya."

"Kecelakaan apa?"

"Kebakaran. Katanya kompornya bermasalah sehingga membakar kedua tangannya dan sedikit wajahnya."

"Innalillah."

"Saya sudah membereskan urusan kompor itu, sudah diperbaiki, Tuan. Sekarang Sabina sedang dirawat di sebuah rumah sakit. Karena kedua tangannya terbakar maka tidak bisa di ambil sidik jarinya."

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2- Bagian 202

0 komentar:

Posting Komentar