Ayat-ayat CInta 2 - Bagian 213

Matahari bersinar terang. Cahayanya menerobos tumpukan awan yang setia menaungi langit Skotlandia. Paman Hulusi mengendari SUV itu dengan kecepatan sedang. Fahri menikmati panorama pagi hari bumi Skotlandia. Perjalanan darat dari Stirling menuju Edinburgh pagi itu menerbitkan ribuan tasbih dalam hati Fahri. Maha suci Allah yang menciptakan ciptaan yang tiada tertandingi keindahan dan kesempurnaannya.

Itu adalah hari yang sibuk bagi Fahri. Sampai di Edinburgh ia langsung ke kampus. Ia harus rapat dengan seluruh pengurus CASAW, The Centre for the Advanced Study of the Arab World. Setelah itu menerima Ju Se Zhang dan memintanya melakukan perbaikan terakhir sebelum tesisnya dicetak dan diserahkan kepada tim penguji. Dari kampus ia langsung ke Musselburgh untuk melihat perkembangan resto dan minimarket Agnina. Paman Hulusi mengingatkan tentang Spicy Lamb Calzone, seketika itu ia minta Brother Mosa Abdulkerim agar survey ke Umars Tandoori di Striling.

Menjelang-senja, Fahri baru sampai di rumahnya di kawasan Stoneyhill Grove. Saat itu Misbah sedang membuat nasi goreng. Bau nasi goreng itu mengingatkan saat-saat dulu masih tinggal di Helwan, Cairo.

"Bikin yang banyak Bah, aku juga mau."

"Beres Mas. Bagaimana semua urusan? Lancar semua?"

"Alhamdulillah. Perkembangan tesis doktormu bagaimana Bah?"

"Sudah bab terakhir Mas. Pekan depan selesai aku tulis, terus aku edit dan aku serahkan ke Professor."

"Albamdulillah, senang mendengarnya."

"Perempuan itu, Si Sabina itu memang sudah tidak tinggal di sini lagi ya Mas?"

"Astaghfrrullah, iya, dia masih di hospital ya? Saya lupa menanyakan kepada Brother Mosa."

"Wah saya tidak tahu itu Mas."

"Dia masih di hospital, tadi saya sempat bicara dengan Brother Mosa. Seharusnya sudah boleh keluar dari sana. Kalau saya boleh usul, Sabina tidak usah dibawa ke sini lagi."

"Terus dia harus tinggal di mana, Paman?"

"Ya terserah Sabina."

"Tidak boleh begitu Paman. Dengarkan saya baik-baik Paman. Lihat, itu nenek Catarina duduk di halaman rumahnya sambil membaca buku. Damai sekali dia, Alhamdulillah, kita bisa membantu nenek Yahudi itu menikmati hari tuanya. Kalau kepada nenek Yahudi saja, saya bantu sampai keluarkan uang membeli rumah itu untuk ditempati nenek itu, masak kepada saudara sendiri seiman tidak bantu. Bagaimana nanti kalau saya ditanya Allah di hari kiamat, Paman?"

Paman Hulusi menunduk diam.

"Saya malah punya satu pemikiran Paman?"

"Apa itu Hoca?"

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat CInta 2 - Bagian 213

0 komentar:

Posting Komentar