Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 209

Fahri dan Paman Hulusi sampai di Lovers Walk sedikit terlambat. Jalan di bibir sungai Fort itu telah di tutup. Ada temnpat menjorok ke sungai yang dijadikan sebagai panggung pertunjukan. Sangat eksotik. Sebelah kiri panggung tampak jembatan dengan lengkungan yang indah. Jembatan itu menghadap bundaran dengan tugu jam yang cantik. Sementara di sisi kanan tampak jembatan rel kereta menyeberangi sungai. Penonton acara itu sangat banyak. Seorang mahasiswa berpakaian khas tradisional Skotlandia sedang unjuk kebolehan menyihir penonton dengan permainan musik big pipenya. Setelah itu Keira menyihir dengan gesekan biolanya yang tajam mengiris. Keira mendapat tepuk tangan sangat meriah ketika ia turun dari panggung. Setelah itu sepasang mahasiswa dan mahasiswi duet memainkan terompet. Iramanya begitu padu dan harmoni. Para pengunjung pun bertepuk tangan meriah.

Setelah itu nama Hulya dipanggil. Ia dikenalkan sebagai gadis dari Turki yang sangat berbakat yang sedang kuliah di The University of Edinburgh. Hulya melangkah pelan ke panggung sambil membawa biola. Hulya berdiri begitu anggun dengan jilbabnya yang berkibaran diterpa angin. Hulya memberi hormat kepada penonton lalu mulai memainkan biolanya. Beberapa jurus kemudian penonton sudah tersihir dan larut dalam alunan biola Hulya. Mula-mula Hulya seperti membawa ke alam kegembiraan. Wajah-wajah penonton berbinar bahagia. Pelan-pelan gesekan biola Hulya menggiring penonton ke suasana kesedihan. Semakin lama kesedihan itu semakin dalam. Hulya memainkan biolanya dengan memejamkan kedua matanya. Air matanya meleleh. Hulya seperti terhipnotis dengan nada-nadanya sendiri.

Tak terasa air mata Fahri meleleh. Ia seperti dibawa ke suasana saat ia harus melepas Aisha di Bandara Muenchen saat akan terbang ke Palestina. Banyak penonton yang air matanya meleleh, teringat pada momen menyedihkan dalam hidupnya masing-masing.

Hulya mengakhiri gesekan biolanya. Ia menyeka kedua matanya. Penontong hening. Seorang ibu-ibu setengah baya masih menangis tersedu. Tangis itu kini jadi satu-satunya musik yang terdengar. Hening tercipta di bibir sungai Fort itu. Madam Varenka memandangi Hulya sambil mengangguk-angguk dengan mata berkaca-kaca. Hulya mencoba tersenyum, ia lalu hormat kepada seluruh penonton dan turun dari panggung. Saat itulah seorang kakek-kakek bertepuk tangan sambil berdiri. Dan seketika diikut yang lain. Para penonton yang sebagian duduk-duduk, kini berdiri sambil bertepuk tangan dengan meriah.

Hulya tersenyum. Seorang ibu-ibu berambut pirang mendekati Hulya dan memberikan pujian dan ciuman ke pipi Hulya. Gadis Turki itu pasrah. Hulya terus berjalan menuju tempat Fahri dan Paman Hulusi berdiri.

(Bersambung)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Ayat-ayat Cinta 2 - Bagian 209

0 komentar:

Posting Komentar